Tumbuhkan Jiwa Enterpreneurship Siswa, Kepala SMAN 1 Bantarujeg Kembangkan Budidaya Ikan Lele

Bisnis  
Budidaya ikan lele di SMAN 1 Bantarujeg. (Istimewa)
Budidaya ikan lele di SMAN 1 Bantarujeg. (Istimewa)

MAJALENGKA -- Langkah mendorong tumbuhnya jiwa enterpreneur siswa, sekaligus menyiapkan lulusan yang memiliki komptenesi dan daya saing dalam menghadapi tantangan, SMA Negeri I Bantarujeg, Kabupaten Majalengka mengembangkan budidaya ikan lele.

Tak hanya mengembangkan budidaya ikan lele, SMAN 1 Bantarujeg yang berada di bawah binaan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IX Jawa Barat tersebut, juga berinovasi mengembangkan berbagai produk makanan olahan berbahan dasar lele.

Walhasil, saat ini tak hanya sukses menumbuhkan jiwa enterpreneur di kalangan siswa, SMAN 1 Bantarujeg juga mampu mengembangkan budidaya ikan lele lengkap dengan berbagai produk olahannya seperti nuget lele, lele crispy, steik dan bakso lele.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kesuksesan SMAN 1 Bantarujeg dalam mengembangkan kegiatan tersebut merupakan buah kolaborasi semua pihak di bawah kepemimpinan Toto Warsito, yang pernah menyandang predikat sebagai Kepala Sekolah Inspiratif Terbaik Tingkat Nasional 2021.

Dalam bincang-bincangnya, Toto Warsito mengungkapkan, budidaya ikan lele yang dikembangkan SMAN 1 Bantarujeg merupakan inovasi yang dihadirkan dalam mendorong dan menumbuhkan jiwa enterpreneruship terhadap siswa.

Toto berharap, dengan menumbuhkan jiwa enterpreneurship, hal itu dapat menjadi bekal bagi para siswa. Terlebih, tak sedikit dari siswa-siswa di Majalengka yang memilih mencari pekerjaan selepas lulus SMA.

Toto memahami betul tantangan yang dihadapi peserta didiknya saat ini, yang tentu dihadapkan dalam beberapa pilihan.

''Saya memahami, ketika lulus, mereka yang memiliki keinginan dan dukungan berbagai hal dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Tapi di Majalengka, tak sedikit juga yang langsung mencari pekerjaan atau bahkan menjadi pengangguran karena tidak memiliki kompetensi. Tantangan itulah yang ingin kita pecahkan bersama dengan pengenalan enterpreneur,'' kata Toto, Rabu (9/11/2022).

Melihat fenomena kondisi tersebut, sebagai kepala sekolah, Toto dituntut untuk dapat melahirkan inovasi hingga kemudian terpikir untuk mengenalkan dan mendorong jiwa entrepeneurship tersebut kepada siswa. Yakni, melalui budidaya ikan lele dalam ember.

Seiring perjalanan, menurut Toto, pihaknya mendorong para siswa untuk dapat menciptakan produk olahan agar memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga kemudian muncul beberapa produk olahan ikan lele yang telah dihasilkan para siswa mulai dari nuget lele, lele crispy, steik dan bakso lele.

''Termasuk dalam pemasaran, kita maksimalkan era digital ini dengan tersedianya sejumlah e-commerce atau platform jualan online. Jadi dari hulu ke hilir,'' terang Toto.

Berkaca dari hasil riset di sekolah, Toto menyebut, hanya 40 persen dari alumni yang beruntung dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi pada setiap momentum kelulusan. Karena itu, dia merasa harus turut memikirkan 60 persen nasib alumni lainnya melalui pengembangan entrepeneurship pendidikan di SMAN 1 Banturajeg.

''Meskipun tidak seperti di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tapi inovasi saya di SMA ini membekali siswa keterampilan hingga bidang pengolahan dan pemasaran,'' cetus Toto.

Toto mencontohkan, jika menjual bahan baku ikan lele itu berkisar di harga Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram. Namun keuntungan akan melimpah lagi bilamana menjual produk olahan.

''Ketika diolah menjadi bakso atau stik lele, untuk satu kilogram lele itu bisa menjadi 15 bungkus dengan harga jual Rp 10 ribu untuk satu bungkus. Itu artinya satu kilo ikan lele dapat menghasilkan Rp 150 ribu,'' terang Toto.

Pria yang tengah melanjutkan pendidikan S3 Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Gunung Jati Cirebon itu mengakui, memang ada sejumlah tantangan yang dihadapi untuk memenuhi bahan baku ikan lele. Di mana di lokasi sekolahnya, yaitu Kecamatan Banturujeg, Kabupaten Majalengka, kerap kali terjadi kesulitan air.

Bila seperti itu, Toto mengaku, tak jarang membeli bahan baku kepada petani untuk memenuhi permintaan pasar. Termasuk dengan merencanakan budidaya ikan lele menggunakan metode terpal.

''Namun yang terpenting yaitu lebih pada pendidikan anak-anaknya. Hingga akhirnya dengan pengetahuan yang mereka miliki dapat berkarya sendiri di rumahnya. Lele itu hanya alat pembelajaran saja,'' kata Toto.

Toto pun mengaku memiliki harapan besar, semangat entrepeneurship tersebut meluas tidak hanya di dalam sekolah saja. Artinya, bila menjadi manfaat untuk lingkungan sekitar itu menandakan keberhasilan dari inovasi yang telah dilakukan.

''Saya baru saja beberapa bulan lalu diundang oleh kecamatan. Kebetulan ibu camatnya datang ke sekolah kemudian melihat budidaya ikan dalam ember. Kemudian saya diundang untuk menjadi narasumber di depan darma wanita dan PKK terkait pengetahuan budidaya ikan ini,'' kata Toto.

Lebih lanjut, Toto mengaku, inovasi yang dia gagas tak lepas dari motivasi yang terus digulirkan oleh pemerintah, khususnya Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah IX Jawa Barat. Bahkan, untuk tingkat SMA/SMK/SLB yang ada di Jawa Barat, harus membuat program laporan kinerja harian, bulanan, hingga tahunan.

''Artinya, kita memang difasilitasi untuk terus berkarya dan guru-guru juga begitu, sehingga iklim berinovasi dan berprestasi sudah menjadi kebutuhan, karena semua guru PNS Jabar harus melaporkan hampir tiap hari, melalui video, foto dan lainnya,'' tandas Toto.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image