Terlibat Pembunuhan, Pupusnya Keinginan Terakhir, TKI Cirebon Ini Diesekusi Mati di Arab

Jogregan  
Hukuman mati (ilustrasi). - (Republika/Mardiah)
Hukuman mati (ilustrasi). - (Republika/Mardiah)

"Inalilahi wainalilahi rojiun, pada 12 Maret pagi waktu Saudi, otoritas Saudi telah melaksanakan eksekusi mati dua WNI bernama Agus Ahmad (AA) alias Iwan Irawan Empud Arwas dan Nawali Hasan Ihsan (NH) alias Ato Supartobin Data," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Judha Nugraha dalam pengarahan media pekanan, Kamis (17/3/2022).

Agus dan Nawali langsung dimakamkan hari ini di Saudi sesuai hukum setempat disaksikan Duta Besar RI untuk Saudi. Sebelum eksekusi mati, kedua WNI dipertemukan oleh pihak KBRI Riyadh dan disalatkan usai eksekusi. Pihak Saudi tidak memberikan penjelasan bagaimana cara eksekusi mati dilakukan.

Sementara itu, Kepala HAM PBB, Michelle Bachelet pun turut mengecam eksekusi Arab Saudi terhadap 81 orang dalam satu hari. Dia mendesak kerajaan untuk berhenti menggunakan hukuman mati.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Saya mengutuk eksekusi massal Arab Saudi pada hari Sabtu terhadap 81 orang atas tuduhan terkait terorisme," kata Bachelet dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Middle East Eye, Selasa (15/3).

Kabar eksekusi itu bak petir menyambar di siang bolong bagi keluarga tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Desa Gombang, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Nawali Hasan Ihsan (47 tahun) alias Ato Suparto bin Data yang telah dieksekusi di Arab Saudi, Kamis (17/3/2022) pagi waktu Jeddah. Padahal, keinginan terakhirnya untuk bisa bertemu putrinya sebelum eksekusi, belum sempat terwujud.

Nawali dieksekusi bersama satu WNI lainnya, yakni Agus Ahmad Arwas (AA) alias Iwan Irawan Empud Arwas. Keduanya ditangkap pihak kepolisian Jeddah pada 2 Juni 2011, atas tuduhan membunuh sesama WNI atas nama Fatmah alias Wartinah.

Sebuah kampanye dukung pembebasan WNI terdakwa hukuman mati (ilustrasi) - (Republika/Agung Supriyanto)
Sebuah kampanye dukung pembebasan WNI terdakwa hukuman mati (ilustrasi) - (Republika/Agung Supriyanto)

Kakak ipar Nawali, Sandi (61), mengungkapkan, Nawali berangkat ke Arab Saudi untuk bekerja sebagai sopir pada 2005. Itu merupakan keberangkatannya yang kedua.

Nawali sebelumnya juga pernah berkerja di Arab Saudi selama beberapa tahun dan sempat pulang ke Tanah Air pada 2004. Nawali kemudian berangkat lagi ke Arab Saudi pada 2005 dan tersandung kasus tersebut pada 2011.

Sandi menilai, adik iparnya itu sangat sayang dan perhatian pada keluarga. Terbukti selama bekerja di Arab Saudi, adik iparnya itu kerap menelpon keluarganya setiap pekan.

"Kalau nelepon biasanya lama, sampai satu jam," kata Sandi, saat ditemui di rumah duka, Kamis (17/3) malam.

Selain itu, Nawali juga setiap bulannya selalu mengirimkan uang hasil jerih payahnya sebagai sopir kepada keluarganya.

Sandi mengungkapkan, setiap kali menelpon, obrolan yang disampaikan Nawali biasanya hanya seputar keluarga. Terutama mengenai tumbuh kembang dan kabar kedua putrinya.

Menurut Sandi, kebiasaan Nawali yang selalu menelpon keluarganya itu tidak berubah meski di dalam tahanan.

Nawali terakhir kali menelepon pada Ahad (13/3/2022) lalu. Seperti biasa, Nawali selalu ceria saat berkomunikasi dengan keluarganya.

Pihak keluarga pun tak menyangka bahwa pembicaraan itu merupakan yang terakhir kalinya dengan Nawali. "Tidak ada feeling apa-apa. (Nawali) seperti biasa saja, seperti gak ada beban," tutur Sandi.

Sandi menambahkan, melalui sambungan telepon, Nawali selalu berpesan pada keluarga besarnya untuk menjaga kedua putrinya. Nawali juga menitipkan pesan agar kedua putrinya bisa mengenyam pendidikan tinggi.

Nawali pun kerap menyampaikan keinginannya untuk dijenguk oleh kedua putrinya. Apalagi, Nawali belum pernah bertemu secara langsung dengan putri keduanya.

Saat dulu Nawali berangkat ke Arab Saudi, putri bungsunya itu masih usia tiga bulan dalam kandungan. Saat ini, putri bungsunya itu sudah duduk di kelas dua SMP.

Sandi mengatakan, permintaan Nawali itu sudah pernah disampaikan ke Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI. Dia mengakui, keinginan Nawali itu direspons positif oleh Kemlu RI.

"Petugas dari Kemlu pernah datang ke rumah meminta berkas kedua putri Nawali untuk menjenguk ayah mereka (di tahanan Arab Saudi)," kata Sandi.

Namun, hingga eksekusi itu dilakukan, kunjungan kedua putri Nawali belum sempat terlaksana. Sampai akhir hayatnya, Nawali tak pernah bertemu secara langsung dengan putrinya.

Sandi mengaku, pihak keluarga sebelumnya tidak mengetahui bahwa Nawali akan segera dieksekusi. Karena itu, pihak keluarga sangat syok ketika petugas Kemlu datang menyampaikan kabar bahwa Nawali telah dieksekusi.

Sandi berharap, keinginan terakhir Nawali bisa direalisasikan oleh Pemerintah Indonesia. Setidaknya, kedua putri Nawali bisa berziarah ke makam ayah mereka.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image