Mau Belajar Berkebun Labu Siam? Datang Saja ke Majalengka
MAJALENGKA – Labu siam termasuk jenis sayuran yang populer di Indonesia. Tanaman dengan nama latin Sechium edule ini merupakan tanaman yang masuk dalam suku labu-labuan (Cucurbitaceae).
Tanaman asli Amerika Tengah itu mulai masuk Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Labu siam memiliki warna hijau dan ukurannya dua kali kepalan tangan. Selain buahnya, bagian lain yang bisa dikonsumsi adalah pucuknya.
Labu siam tumbuh dengan subur pada wilayah dengan ketinggian 100–200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi.
Itu sebabnya, labu siam bisa ditemui di daerah tropis maupun subtropis. Labu siam juga memiliki banyak manfaat buat kesehatan tubuh. Buah ini memiliki kadar vitamin C yang tinggi dan sumber serat yang baik untuk kesehatan.
Di Indonesia, sudah banyak petani membudidayakan tanaman dengan batang merambat itu. Salah satunya adalah Ahud Hurairi, yang lokasi kebunnya berada di Dusun Cakrawati, Desa Lemah Putih, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka.
Berawal dari obrolan santai dengan Ahud Hurairi, atau yang akrab disapa Abah Ahud, Bupati Kuningan, Acep Purnama pun merasa tertarik hingga berkunjung langsung ke perkebunan labu Siam yang dikelola oleh Abah Ahud.
Tujuan Acep mengunjungi perkebunan labu siam tersebut adalah untuk mengembangkan wawasan dalam pengelolaan kebun labu siam dari hulu sampai ke hilir. Hal itu nantinya diharapkan bisa diterapkan di Kabupaten Kuningan.
‘’Kepada para petani Kuningan yang ingin mempelajari dan mengembangkan wawasan mengelola labu siam, mangga yang berminat saya antar kesini,’’ tukas Acep.
Saat berkunjung ke lokasi kebun labu siam yang dikelola oleh Abah Ahud, Bupati Acep sangat terpukau dengan luasnya lahan kebun. Dia pun melihat langsung labu siam yang dipetik langsung oleh para petani di lokasi tersebut.
Abah Ahud menjelaskan, di kebun tersebut ada dua jenis varietas labu siam. Yakni, labu siam biasa dan labu siam anggur.
Untuk labu siam anggur, dalam satu tangkainya itu labu siam berbuah seperti anggur yang saling berdekatan. Dalam satu tangkai terdiri dari enam sampai delapan buah labu siam. Sedangkan labu siam biasa, satu tangkai terdiri dari satu buah labu siam.
Selain prospek pasar yang besar, Abah Ahud mengungkapkan, budidaya labu siam cukup mudah dan perawatannya sederhana.
‘’Bagi para petani pemula, labu siam bisa menjadi komoditas pilihan untuk mulai bertani. Dari tanam hingga panen hanya tiga bulan, setelah itu bisa panen dua hari sekali. Dengan perawatan maksimal, tanaman labu siam mampu bertahan hingga empat tahun,’’ terang Abah Ahud, yang kesehariannya bertugas di Pengadilan Agama Kuningan tersebut.
Abah Ahud menambahkan, untuk meminimalisir risiko labu menjadi busuk, sebaiknya menggunakan para-para atau semacam tiang dari bambu. Para-para itu menjaga agar labu tidak menyentuh tanah.
‘’Tanaman labu itu menjalar seperti ubi. Maka perlu dibuatkan para-para paling tidak 40 sampai 50 cm, agar labu itu tumbuh di atas, tidak menyentuh tanah. Kalau menyentuh tanah, labu sangat berisiko busuk,’’ cetus Abah Ahud.
Abah Ahud juga menjelaskan, daun yang sudah tua pada tanaman labu siam sebaiknya dipisahkan untuk menjaga kualitas tumbuhan. Selain itu, saat daun dianggap sudah terlalu lebat, juga lebih baik dikurangi.
‘’Terima kasih kepada Bupati Kuningan yang telah mengunjungi perkebunan labu siam ini, semoga bisa menambah wawasan. Dan abah siap untuk menerima siapapun warga Kuningan yang ingin mempelajari, studi banding, studi lapangan, dalam mengelola labu siam,’’ tandas Abah Ahud. (Lilis Sri Handayani)