Sedihnya Bocah 15 Tahun Penderita Gizi Buruk di Indramayu, Tinggal Tulang Terbungkus Kulit

Jogregan  
Lissa Ameliya Safitri di pangkuan ayahnya. (Istimewa)
Lissa Ameliya Safitri di pangkuan ayahnya. (Istimewa)

INDRAMAYU – Kondisi yang dialami Lissa Ameliya Safitri, seorang gadis asal Desa Sukahaji, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, sangat memprihatinkan. Di usianya yang sudah 15 tahun, berat badan gadis itu hanya sepuluh kilogram.

Berdasarkan pantauan Republika, tubuh Lissa hanya menyisakan tulang terbalut kulit. Bocah malang itupun hanya bisa terbaring dengan lemah di atas tempat tidurnya.Tempat tidur itu terlihat ditutupi kelambu untuk melindungi tubuh ringkih Lissa dari gigitan nyamuk.

Anak kelima pasangan Nurakhmat (53) dan Turinih (47) itu hanya bisa menangis untuk mengungkapkan keinginannya. Hingga kini, bocah itu belum bisa berbicara.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

''Sebagai orang tua, saya sangat sedih dengan kondisi anak saya,'' tutur Nurakhmat, dengan mata berkaca-kaca dan suara yang tercekat, Selasa (8/11/2022).

Nurakhmat menjelaskan, anak bungsunya itu lahir dalam keadaan normal. Namun saat berumur 18 bulan, anaknya mengalami sakit.

Sejak saat itu, Lissa kerap menangis dan tidak mau makan. Makanan yang bisa masuk ke tubuhnya hanya berupa bubur dan susu yang dimasukkan ke dalam botol bayi.

Nurakhmat pun sudah membawa Lissa berobat ke sejumlah dokter di berbagai rumah sakit, baik dokter umum, dokter anak, hingga dokter syaraf. Tak hanya di Indramayu, namun juga rumah sakit di Cirebon, Bandung maupun Bekasi.

''Tapi hasilnya masih seperti ini,'' keluh Nurakhmat.

Padahal, untuk mengobati Lissa sejak 2009 lalu, Nurakhmat telah menjual semua harta benda yang dimilikinya. Mulai dari rumah, kendaraan maupun benda berharga lainnya.

Kini, Nurakhmat sudah tidak memiliki apa-apa lagi untuk mengobati Lissa. Rumah yang kini ditinggalinya pun merupakan peninggalan orang tuanya.

Nurakhmat mengungkapkan, sejak 2019, hanya bisa pasrah dan terpaksa menghentikan pengobatan anaknya. Pasalnya, dia tidak memiliki apapun lagi untuk dijual demi membiayai pengobatan anak bungsunya itu.

Nurakhmat sangat berharap ada perhatian dari pemerintah maupun instansi terkait lainnya untuk membantu kesembuhan Lissa. Dia sangat berharap anaknya bisa sembuh dan tumbuh seperti gadis seusianya.

''Tolong anak saya,'' tutur Nurakhmat.

Kondisi gizi buruk yang dialami Lissa pun sudah diketahui oleh pemerintah desa setempat.Hari ini, petugas Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) pun datang ke rumah orang tua Lissa untuk melihat langsung kondisi bocah tersebut.

''Pemerintah desa sudah berkoordinasi dengan Puskesmas untuk melakukan pelayanan Dokter Masuk Rumah (Dokmaru),'' kata petugas Puskesos Desa Sukahaji, Suratno.

Suratno mengatakan, pihak Puskesmas pun sudah tiga kali melakukan kunjungan setelah mendapat laporan mengenai kondisi Lissa.Puskesos Desa Sukahaji juga berencana untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan Lissa. Termasuk akan berupaya agar bocah tersebut bisa secepatnya terdaftar dalam BPJS Kesehatan.

Selama ini, Lissa tidak memiliki BPJS Kesehatan. Bocah tersebut juga belum terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

''Insya Allah tanggal 25 nanti dibuka pendaftaran DTKS. Kami akan upayakan agar terdaftar,'' kata Suratno.

Selain dari Puskesos Desa Sukaghaji, para relawan dari Jabar Bergerak dan Dompet Dhuafa juga datang melihat langsung kondisi Lissa.

Anggota DPRD Indramayu, M Alam Sukmajaya mengaku sangat prihatin saat mendapat informasi mengenai kondisi Lissa. Dia meminta agar pemerintah daerah melakukan penanganan segera terhadap Lissa.

''Ini sangat memprihatinkan. Di Indramayu masih ditemukan masyarakat yang mengalami gizi buruk," cetus Alam.

Menurut Alam, DPRD sudah menganggarkan anggaran cukup besar untuk Dinas Kesehatan (Dinkes) melalui APBD. Anggaran tersebut salah satunya untuk penanganan gizi buruk. (Lilis Sri Handayani)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image