Bupati Nina Mrampang dan Geram, Beras Asal Indramayu tapi Dikenalnya Beras Cianjur, Ini Langkah Prot

Jogregan  
Bupati Indramayu, Nina Agustina, melakukan panen raya padi di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Kamis (2/11/2023). (Matapantura/Lilis Sri Handayani)
Bupati Indramayu, Nina Agustina, melakukan panen raya padi di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Kamis (2/11/2023). (Matapantura/Lilis Sri Handayani)

INDRAMAYU -- Kabupaten Indramayu merupakan daerah lumbung pangan nasional dan memiliki lahan sawah yang luas. Namun ironisnya, beras yang dihasilkan daerah ini justru lebih dikenal dengan sebutan beras Cianjur.

Kenyataan itulah yang membuat Bupati Indramayu Nina Agustina mrampang dan geram. Penyebabnya yaitu tadi, beras asal Kabupaten Indramayu selama ini kurang dikenal dipasaran.

‘’Menyedihkan. Yang terkenalnya justru beras Cianjur. Kenapa (beras) Indramayu nggak terlalu terkenal?,’’ ujar Nina, saat saat melakukan panen raya padi di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, saat ditemui Matapantura.co.id, Kamis (2/11/2023).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Untuk itu, Nina menegaskan, tidak menutup kemungkinan dirinya akan membuat peraturan yang menyatakan bahwa kemasan beras Indramayu, baik karung atau plastiknya, harus ada cap Indramayu-nya. Dia pun meminta agar para petani sepakat dengan rencananya itu.

‘’Sebutkan Indramayu-nya. Jangan mau (beras Indramayu) dibeli, dibawa ke Cianjur, dicapnya beras Cianjur. Makanya kita kena miskin ekstrim. Karena orang tidak tahu bahwa padi unggulan yang terbaik adalah ada di Indramayu,’’ tukas Nina.

Nina pun mengajak, para petani agar semua beras yang keluar dari Indramayu, harus dicap Indramayu. Hal itu dimaksudkan untuk lebih mengenalkan beras Indramayu dan semakin mendongkrak nilai jualnya.

‘’Sepakat?,’’ tanya Nina yang dijawab dengan kata sepakat oleh ratusan petani yang hadir dalam kegiatan panen raya tersebut.

Selain itu, Nina juga mengingatkan kepada para petani, kuwu (kepala desa) dan camat bahwa Kabupaten Indramayu memiliki lahan sawah yang dilindungi (LSD) dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Karena itu, lahan sawah tersebut tidak boleh sembarangan dialihfungsikan karena menyangkut ketahanan pangan.

Nina menambahkan, di tengah fenomena el nino pada musim kemarau tahun ini, produksi padi di Kabupaten Indramayu justru mengalami kenaikan. Pada 2022, produksi padi di Kabupaten Indramayu mencapai 1,3 juta ton.

Namun pada tahun ini, hingga Oktober, produksi padi Indramayu sudah mencapai 1,5 juta ton. Jumlah itupun dipastikan masih akan bertambah karena ada lahan yang belum panen. ‘’Paling nggak bisa 1,6-1,7 juta ton,’’ ucap Nina.

Nina mengakui, dampak musim kemarau panjang juga menimpa areal persawahan di Kabupaten Indramayu. Namun, dia menyebutkan, hanya ada lima persen areal sawah yang mengalami gagal panen.

Nina menilai, penerapan gilir giring air telah berhasil membuat sistem pengairan lahan persawahan petani bisa maksimal. Melalui sistem itu pula, tak ada mafia air. n Lilis Srihandayani, ed: Agus Yulianto

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image