Ketika Mualaf Ini Merasa tak Terhubung dengan Tuhan: Apa Salahku?

Tajug  
Ilustrasi mualaf. (dok. Republika)
Ilustrasi mualaf. (dok. Republika)

JAKATA -- Sebut saja namanya Alan. Dia seorang mualaf dan sudah tiga tahun menjalani kehidupan sebagai seorang muslim.

Sebelumnya, Alan tumbuh dalam keluarga atheis dan merupakan seorang atheis yang sangat keras hampir sepanjang hidupnya sampai Allah SWT membimbingnya kepada Islam yang disyukuri selamanya.

"Segal puji bagi Dia," katanya seperti dikutip dari Aboutislam.net, belum lama ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Namun, dia mengaku, jalan menuju keimanannya berjalan lambat meskipun Allah telah memberiku lebih banyak nikmat (kesehatan, anak-anak yang sehat, pekerjaan yang baik, hubungan yang baik dengan keluarga, dan masih banyak lagi).

"Aku masih merasa seolah-olah aku tidak menghasilkan banyak kemajuan. Saya berusaha menjalankan shalat 5 waktu (walaupun sering kali saya tidak berhasil melakukannya pada waktu yang tepat), saya berpuasa, bersedekah, dan berusaha menjadi orang baik dengan segala cara," ujarnya.

"Namun demikian--dan ini mungkin terdengar aneh--saya tidak merasa dekat dengan Allah. Saya merasa seolah-olah saya tidak memiliki hubungan yang nyata," ucapnya.

Para mualaf lainnya dan sesama Muslim berbicara tentang pemenuhan spiritual yang mendalam, mereka emosional, menangis, dan gemetar saat sholat, berbicara tentang perasaan memiliki dan cinta. Sementara dirinya tidak merasakan semua ini.

"Secara intelektual, saya percaya sepenuhnya kepada Allah, kepada Nabi (SAW) dan bahwa Alquran adalah pesan Tuhan kepada kita. Namun, saya membaca ayat-ayat tersebut dengan rasa kewajiban, berdoa dengan rasa kewajiban dan, sayangnya, perhatian saya mudah teralihkan dari kewajiban dan aktivitas keagamaan saya dengan hal-hal yang lebih duniawi - sesuatu yang biasa seperti memikirkan apa yang harus dimasak untuk makan malam, pakaian apa yang akan dikenakan. kantor, atau menonton TV," ungkapnya.

"Sangat sulit bagi saya untuk mengakui hal ini - saya merasa seperti saya melewatkan sesuatu, bahwa saya melakukan sesuatu yang salah. Aku tahu Allah ada di sana, mengawasiku, mendengarkanku, mengawasiku. Saya tahu Dia memang demikian. Tapi aku tidak merasakannya," tandasnya.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image