Jogregan

Mengintip Arsitektur Lapas Sukamiskin Nan Indah, dari 'Palang' ke 'Atrium'

Lapas Sukamiskin. (Dok Republika)
Lapas Sukamiskin. (Dok Republika)

BANDUNG -- Salah satu Bangunan bersejarah yang terdapat di Kota Bandung sejak jaman Pemerintahan Belanda adalah Penjara Sukamiskin. Penjara Sukamiskin ini dibangun pada tahun 1918. Dengan gaya Arsitektur Eropa, bangunan berbentuk trapesium ini dirancang oleh seorang arsitek bernama Prof. CP Wolff Scjoemaker. (sumber :http://www.wisatabdg.com/2011/07/penjara-sukamiskin.html).

Penjara Sukamiskin mulai difungsikan pada tahun 1924 sebagai tempat hukuman bagi kaum intelektual yang dianggap melakukan kejahatan politik karena bertentangan dengan Penguasa Belanda dengan nama 'Straft Gevangenis Voor Intelectuelen'. Lokasinya di Jalan A.H. Nasution Nomor 114 Bandung.

Lapas Sukamiskin. (Dok. Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat)
Lapas Sukamiskin. (Dok. Kementerian Hukum dan HAM Jawa Barat)

Ya, Sukamiskin adalah nama sebuah kelurahan di Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Sukamiskin sudah terkenal sejak zaman penjajaran Belanda, karena ada penjara angker yang dibangun sejak 200 tahun-an lampau.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Angker atau seram itu bukan pada bangunannya yang banyak hantunya atau menyeramkan. Tetapi penjara ini dikhususkan untuk para pejuang Tanah Air yang menuntut kemerdekaan.

Jika kita pernah mendengar Belanda adalah kota kincir angin dengan kecanggihan penataan bangunannya, maka penjara Sukamiskin dibangun arsitek Belanda menjadi bukti kehebatannya.

Dikutip dari Buku'Sukamiskin's Springboard'--sebuah kumpulan catatan tenungan kala diri berjarak dengan kemerdekaan--model bangunannya sederhana seperti 'salib', tapi semua sisinya sama berbentuk trapesium membujur dari timur ke barat dan dari utara ke selatan.

Semua bangunannya berlantai dua, kamarnya saling berhadapan dnegan lorong tengah yang cukup lebar, sekitar 7 meter. Tidak menggunakan plavon, tapi dibuat bangunan seolah-olah berlantai tiga. Cukup tinggi sehingga udara begitu leluasa bergerak. Dengan model bangunan seperti itu, para penghuni merasakan sirkulasi udara dan cahaya terbagi secara merata.

Sementara banyak tata bangunan di negeri ini cenderung betumpuk-tumpuk dengan alasan sempitnya lahan. Akibatnya, udara cukup panas, harus menggunakan air conditiner (AC) agar sejuk tapi boros listrik.

Bandingkan dengan struktur dan tata letak bangunan penjara Sukamiskin, diana setiap sisi dipertahankan tetap sebagai lahan kosong yang hanya boleh ditanami tanaman-tanaman pendek. Sebab, dengan tanaman pendek, udara akant erus berputar sehingga kesegaran akan tetap terjaga.

Penjara tidak didesain menggunakan kipas angin apalagi menggunakan AC. Maka, tak mengherankan bila Lapas Sukamiskin termasuk salah satu heritage di Kota Bandung.

Desiain awal bangunan lapas Sukamiskin adalah tempat membatasi gerak para penggerak kemerdekaan Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi metamorfosis filosofi pada penjara yang berubah menjadi lembaga pemasyarakatan.

Hal yang paling menonjol adalah diubahnya kata pemenjaraan menjadi pembinaan. Tokoh pengubahnya adalah DR Sahardjo.

Dari 'Palang' ke 'Atrium'

Dari struktur bangunan berbentuk 'salib sama sisi', titik persilangannya disebut 'palang'. Sebutan atas area yang biasa disebut palang kini berubahan scara kulutural menjadi atrium,

Perubaha sebutan tempat ini menyiratkan dinamika kebudaya pengiringnya. Barangkalai ada beberapa perubahan yang terjadi di Lapas Sukamiskin. Kalau dulu penjara Sukamiskin untuk membatasi dan menghukum para penggerak kemerdekaan, tapi kisaran 2011-2012 Lapas Sukamiskin dikhususnya untuk melakukan pembinaan bagi terpidana kasus korupsi. Hal tersebut berlangsung hingga saat ini.

Ya, area dengan sebutan atrium itu kini bagai panggung nan tak pernah sepi dari segala kegiatan para warga binaan, baik formal maupun nonformal. Bahkan, kegiatan keagamaanpun juga diselenggarakan di tempat tersebut. Dan yang rutin dilakukan di tempat tersebut adalah dipergunakan untuk shalat jamaah Magrib, Isya, dan Subuh. n Agus Yulianto