Jogregan

2024, Universitas Gunung Jati Hapus Skripsi dan Tesis, Ini Untung Ruginya

Acara wisuda Universitas Gunung Jari (UGJ) Kota Cirebon. (Isitimewa)
Acara wisuda Universitas Gunung Jari (UGJ) Kota Cirebon. (Isitimewa)

CIREBON -- Universitas Gunung Jati (UGJ) Kota Cirebon, bakal melakukan penghaspusan skripsi dan tesis bagi para mahasiswanya. Penghapusan itu akan dimulai 2024.

"Mulai 2024, tapi ini bukan untuk wisuda yang kemarin dan pada Agustus nanti. Mereka masih mengikuti program sebelumnya," kata Humas UGJ Editya Nurdiana saat dihubungi Matapantura.republika.co.id, Senin (5/2/2024).

Dikatakannya, penghapusan skripsi dan tesis ini sebenarnya sudah digaungkan Menteri Nadiem Makarim beberapa waktu lalu. Namun, pelaksanaannya diserahkan kepada perguruan tinggi masing-masing. Ketentuan penghapusan itu pun tertuang dalam Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Untuk UGJ sendiri, kata Editya, mulai diberlakukan pada 2024 ini. "UGJ sudah siap dengan program tersebut," katanya.

Penghapusan tugas akhir di perguruan tinggi tentunya akan berpotensi menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Dampak ini dapat bervariasi, tergantung pada konteks, tujuan, dan implementasinya.

"Banyak mahasiswa yang merasakan proses penulisan skripsi bagi program sarjana, tesis bagi program magister, membutuhkan waktu dan usaha yang signifikan," kata dia.

"Penghapusan ini dirasa dapat mengurangi beban kerja mereka dan memungkinkan fokus lebih besar pada pembelajaran dan pengembangan keterampilan praktis," ujarnya lagi.

Dengan menghilangkan tugas akhir yang sering kali menjadi sumber stres, kata Editya, mahasiswa dapat lebih berkonsentrasi pada pemahaman materi dan keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran yang lebih intens. Selain itu, dampak positif yang paling signifikan bagi mahasiswa adalah pengurangan tekanan mental.

"Sebab, sering kali tugas akhir itu dapat menjadi penyebab stres bagi mahasiswa. Sehingga penghapusan ini dapat memberi mereka keseimbangan kehidupan yang lebih baik," katanya.

Sementara bagi perguruan tinggi, justru menjadi sebaliknya. Tugas akhir seperti skripsi dan tesis akan memberikan peluang bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian yang berkontribusi pada pengetahuan dan pemahaman di bidang yang sesuai dengan minatnya.

"Bila tugas akhir ini dihapus, dapat mengurangi jumlah penelitian dan kontribusi ilmiah perguruan tinggi," ujarnya.

Selain itu, tugas akhir sering digunakan untuk mengukur pemahaman dan keterampilan akademik mahasiswa. Bila ditiadakan, sambung Editya, bisa saja memunculkan keraguan tentang sejauh mana perguruan tinggi menetapkan standar akademik yang tinggi.

Begitu juga bagi mereka yang tertarik dengan karier akademik, penghapusan tugas akhir dapat mengurangi peluang mereka untuk mengembangkan portofolio penelitian yang kuat. Yang mungkin diperlukan untuk mengakses posisi atau peluang tertentu.

Karena itu, justru dengan adanya penulisan hasil penelitian, sering kali menjadi sumber inovasi baru dan pemikiran ilmiah yang mendalam. Jadi, penghapusan ini dapat mengurangi sumbangan baru dalam berbagai bidang ilmu.

Sebelumnya, Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati (YPSGJ) Prof Dr H Mukarto Siswoyo Drs MSi mengatakan, penghapusan skripsi sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa tingkat Strata 1 (S1) merupakan bentuk kemerdekaan dalam belajar. "Rektor harus segera memikirkannya," kata dia.

Dikatakan Mukarto, persyaratan skripsi menjadi beban yang berat dan terkadang membatasi eksplorasi ilmu dan minat akademik mahasiswa. Sehingga, kata dia, diperlukan suatu terobosan yang bisa menyalurkan bakat dan minat tersebut.

"Pendidikan tinggi harus responsif terhadap perkembangan zaman. Ini juga yang harus dipersiapkan UGJ," ujarnya. n Agus Yulianto