'Bolehkah Aku Berselingkuh?' Ini Jawaban Nabi SAW kepada Seorang Pemuda yang Bertanya

Tajug  
Selingkuh/ilustrasi - (telegraph.co.uk/Republika)
Selingkuh/ilustrasi - (telegraph.co.uk/Republika)

INDRAMAYU -- Bayangkan seorang pemuda mendatangi Imam masjid tetangga Anda dengan permintaan aneh ini: “Bolehkah saya mendapatkan fatwa yang mengizinkan saya melakukan Zina (zina)?”

Respons seperti apa yang akan dia terima? Celaan kaget dan marah adalah reaksi yang paling mungkin dari para hadirin dan Imam; Anda akan mendengar teriakan seperti, “Kamu memalukan! Beraninya Anda menyebutkan hal-hal tercela seperti itu di masjid dan, yang lebih buruk lagi, meminta untuk melakukannya?”

Bagaimana Nabi SAW bereaksi

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baiklah, mari kita baca kisah ini dan lihat bagaimana Nabi SAW menangani situasi seperti ini. Abu Umama Al-Bahily radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa seorang pemuda mendatangi Nabi dan berkata:

'Ya Rasulullah, izinkan aku melakukan Zina.'

Para sahabat menoleh padanya dan mulai menegurnya. Nabi bersabda: “Mendekatlah.”

Ketika pemuda itu mendekat kepada Nabi dan duduk, Nabi bertanya kepadanya: “Apakah kamu menginginkannya untuk ibumu?”

Pria itu menjawab; Tidak, demi Allah. Semoga Allah menjadikanku pelindung untukmu!

Nabi bersabda, “Manusia juga tidak menyukai ibu mereka.” Nabi menambahkan, “Apakah kamu menginginkannya untuk putrimu?”

Lagi-lagi pemuda itu menjawab negatif. Maka Nabi bersabda, “Orang pun tidak akan menyukainya untuk anak perempuannya”.

Selanjutnya Nabi bertanya, “Apakah kamu menginginkannya untuk adikmu?” Nabi menerima jawaban yang sama dan memberikan komentar yang sama.

Nabi terus bertanya tentang bibi dari pihak ayah dan ibu dari pria tersebut. Jawaban pemuda itu juga sama dan Nabi mengulangi komentar yang sama, “Orang-orang tidak menyukai bibi mereka yang seperti itu.”

Nabi kemudian meletakkan tangannya pada pemuda itu dan mendoakannya, “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya, dan jaga kesuciannya.”

Abu Umamah, perawi hadis tersebut, mengatakan bahwa pemuda tersebut tidak mengindahkan godaan apa pun setelahnya. (Diotentikasi oleh Al-Albani)

Berdayakan, jangan hancurkan!

Dengan pendekatan yang lembut, pengertian, dan meyakinkan ini, Nabi SAW berusaha untuk memberdayakan pemuda tersebut daripada menghancurkannya. Dia bertujuan untuk memperkuat dan membentenginya dalam pertempuran melawan godaan daripada mengasingkan atau melemahkannya.

Mengikuti teladan Nabi ini sangat penting ketika berhadapan dengan pemuda karena tidak hanya menentukan apakah pemuda akan melakukan zina atau tidak. Tetapi yang paling penting, apakah mereka akan kembali ke Masjid untuk berdiskusi dan mencari jawaban atas permasalahan mereka di masa depan atau tidak. .

Mendengarkan para remaja, memahami masalah mereka dan dengan sepenuh hati merangkul serta merawat mereka, apa pun masalah yang mereka hadapi, semuanya merupakan elemen seni pemberdayaan Nabi. Dalam hadits di atas, para sahabat sendiri tidak mampu menahan keterkejutannya. Mungkin ini reaksi wajar para imam dan tokoh masyarakat kita jika dihadapkan pada pertanyaan serupa.

Namun, Nabi menangani situasi ini sebagai seorang pendidik yang hebat. Ia mendekatkan pemuda itu kepadanya, mendiskusikan masalahnya secara rasional, dan dengan demikian berhasil meyakinkan pemuda itu hingga, seperti yang diriwayatkan oleh perawi hadis, lelaki itu tidak akan menghiraukan godaan apa pun setelah itu.

Lebih lanjut, Nabi tidak membiarkan peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa sentuhan spiritual beliau yang unik. Meletakkan tangan pada pemuda tersebut dan mendoakannya pasti meninggalkan efek yang tak terlupakan.

Lingkungan ramah remaja

Kritik tidak ada manfaatnya dalam situasi seperti itu. Hal ini hanya akan mengasingkan generasi muda dan membuat mereka berpikir dua kali sebelum mencari solusi di Masjid. Jika kita tidak cukup ramah dalam menerima generasi muda dan menyadari kekhawatiran mereka, mereka akan mencari lingkungan lain untuk menyalurkan kekhawatiran dan kebutuhan mereka.

Pemuda di atas berani menyapa Nabi dengan permintaannya yang tak terkatakan; Apakah generasi muda kita merasa nyaman dan diterima di masjid-masjid kita sehingga mereka bisa terbuka dan nyaman mendiskusikan apa pun yang menyibukkan pikiran mereka?

Sayangnya, perbedaan antara sikap Nabi dan sikap sebagian besar dari kita sama besarnya dengan perbedaan antara membangun dan menghancurkan, memberdayakan dan melemahkan. n Agus Yulianto

Sumber:

https://aboutislam.net/shariah/prophet-muhammad/manners/the-art-of-youth-empowerment/

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image