Puasa, Rohani Ramadhan, dan Solidaritas Sosial (Bagian-3 Habis)

Tajug  
Masyarakat berburu takjil di pasar kaget pedagang takjil. (Dok. Republika)
Masyarakat berburu takjil di pasar kaget pedagang takjil. (Dok. Republika)

INDRAMAYU -- Puasa di bulan Ramadhan ibarat melambangkan keadaan bidadari bagi manusia. Dengan meninggalkan kebutuhan tubuh seperti makanan dan minuman mereka bertindak seperti malaikat. Daripada mengikuti hawa nafsu daging, orang beriman mengabdikan diri untuk beribadah di bulan Ramadhan.

Mereka membaca atau mendengarkan Alquran karena Ramadhan adalah bulan di mana Alquran mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad (saw). Jutaan Muslim membaca Alquran dan ini menjadikan dunia seperti masjid besar. Dengan demikian, puasa dan membaca Alquran ibarat membangun suasana spiritual Ramadhan yang surgawi.

Orang beriman menjadi seperti malaikat saat berpuasa dan melambangkan sifat-sifat malaikat. Mereka menjadi roh murni yang diwujudkan dalam pakaian jasmani dengan meninggalkan kesenangan duniawi. Karena Ramadhan adalah hari raya spiritual, puasa diperintahkan agar orang-orang menjauhkan diri dari kesibukan fisik sampai batas tertentu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di bulan Ramadhan, pahala spiritual berlipat ganda dan seseorang dapat memperoleh seribu pahala untuk satu perbuatan baik. Allah menjanjikan 10 pahala untuk setiap amal kebaikan dan ini akan menghasilkan 10 buah surga, namun saat Ramadhan bertambah lagi.

Membaca satu huruf Alquran di bulan ini dapat membawa seribu pahala atau lebih dan menjadi seperti pohon besar yang diberkati yang menghasilkan jutaan buah surga yang permanen. Orang-orang beriman akan mengetahui di akhirat amal shaleh mana di dunia yang mendatangkan keberkahan yang mereka nikmati di surga.

Demikian pula mereka akan mengerti bagaimana puasa dan penderitaan di dunia ini berubah menjadi kebahagiaan di surga. Tidak ada puasa lain yang dapat dibandingkan dengan puasa di bulan Ramadhan, oleh karena itu orang-orang beriman merasakan kesedihan yang mendalam ketika bulan yang penuh berkah ini telah berlalu.

Ramadhan dan solidaritas sosial

Tuhan mempersiapkan dunia ini sebagai meja untuk menunjukkan karunia dan rahmat-Nya kepada umat manusia namun sebagian besar manusia tidak dapat mengenalinya. Namun di bulan Ramadhan, keindahan dan nilai nikmat Allah atas hamba-hambanya lebih diapresiasi karena puasa membuat mereka bisa melihat nikmat tersebut dengan jelas.

Apalagi ketika hendak berbuka puasa menjelang akhir hari mereka merasa bumi ibarat jamuan makan yang disediakan Tuhan untuk mereka. Perasaan ini menuntun mereka untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya.

Memahami betapa berharganya karunia Tuhan adalah mensyukurinya secara nyata. Ada harga untuk setiap makanan yang dibeli manusia dan harga dari karunia Tuhan yang tak terhitung jumlahnya adalah mengakui kebutuhan kita terhadap makanan tersebut dan menghargainya sepenuhnya serta bersyukur kepada Tuhan dengan sepenuh hati.

Oleh karena itu, Ramadhan dan puasa di bulan ini adalah kunci syukur yang hakiki dan menyeluruh. Sebab, ketika mengalami kelaparan, masyarakat lebih menghargai nilai karunia. Mereka memahami bahwa jika Tuhan tidak menciptakan karunia tersebut, mereka tidak akan mencapainya.

Karena Allah menciptakan segala karunia dan melimpahkan kepada hamba-hamba-Nya, maka hanya Dialah yang patut diapresiasi dan disyukuri. Kami lebih memahami masyarakat miskin yang menderita kelaparan dan merasa empati terhadap mereka.

Perasaan ini menuntun kita untuk berbagi makanan dengan mereka dan menunjukkan belas kasihan kepada mereka. Kami mengundang orang ke rumah kami dan berbagi makan malam dengan mereka.

Dengan bertindak seperti ini, kita menghilangkan kesenjangan besar antara berbagai lapisan masyarakat dan mengatasi prasangka. Berbagi makan malam berbuka puasa dengan tamu yang berlimpah dan beragam dapat menghentikan dendam, kebencian, dan kemarahan yang tiada habisnya.

Kepedulian terhadap sesama dan berbelas kasih kepada mereka adalah landasan rasa syukur yang sejati. Orang-orang lebih peduli satu sama lain ketika merasa lapar dalam kehidupan pribadi mereka, sehingga puasa membantu orang untuk merasakan sakitnya kelaparan dan kemiskinan.

Sayangnya, masyarakat zaman kita belum banyak melihat keindahan Islam melalui menyaksikan sikap dan perilaku Muslim yang sebenarnya. Jadi, Ramadhan dan suasana spiritualnya dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk menunjukkan kepada non-Muslim tentang wajah Islam yang sebenarnya.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan selamat menyambut Ramadhan yang penuh berkah, dengan harapan kita dapat merasakan dalam hati kita kondisi keluarga besar umat Islam yang sedang kesusahan dan mendoakan keselamatan kita dan keselamatan seluruh umat manusia. n Agus Yulianto

Sumber:

https://aboutislam.net/spirituality/spiritual-aspect-of-ramadan-and-fasting/

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image