Tajug

Kisah Masjid Dua Kiblat di Madinah

Umat Islam berkunjung ke Masjid Quba, Madinah, Arab Saudi. Masjid Quba merupakan masjid pertama di dunia yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW pada masa permulaan Islam. (Dok. Republika/Antara)
Umat Islam berkunjung ke Masjid Quba, Madinah, Arab Saudi. Masjid Quba merupakan masjid pertama di dunia yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW pada masa permulaan Islam. (Dok. Republika/Antara)

INDRAMAYU -- Ini adalah masjid bersejarah yang penting. Ini adalah salah satu masjid paling awal dalam Islam. Didirikan pada masa Nabi di lingkungan terpencil di Madinah.

Maknanya terletak pada kenyataan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk mengubah kiblat atau arah shalat dari Masjid al-Aqsa di Yerusalem ke Masjidil Haram (Ka'bah) di Makkah. , seluruh jemaah yang dipimpin oleh seorang pendamping di masjid ini berpindah haluan dalam shalat.

Dukungan tentang Islam

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Selanjutnya masjid ini dikenal dengan nama Masjid al-Qiblatayn (masjid dua kiblat) karena kedua kiblat tersebut berhadapan dalam satu shalat.

Al-Bukhari dalam Shahihnya meriwayatkan kejadian tersebut sebagai berikut: "Ketika Nabi SAW datang ke Madinah, pertama-tama beliau tinggal bersama kakek atau paman dari pihak ibu yang berasal dari Ansar. Dia salat menghadap Baitul-Maqdis (Yerusalem dan Masjid al-Aqsa) selama enam belas atau tujuh belas bulan, namun dia berharap bisa salat menghadap Ka’bah (di Makkah).

Sholat pertama yang dipanjatkannya menghadap Ka’bah adalah salat Asar dengan ditemani beberapa orang. Kemudian salah satu orang yang salat bersamanya keluar dan melewati beberapa orang di masjid yang sedang rukuk saat salat (menghadap Yerusalem). Dia berkata kepada mereka:

‘Demi Allah, aku bersaksi bahwa aku telah sholat bersama Rasul Allah menghadap Makkah (Ka’bah).’

Mendengar hal itu, orang-orang itu segera mengubah arahnya menuju Ka’bah. Orang-orang Yahudi dan ahli kitab dulu senang melihat Nabi menghadap Yerusalem dalam shalat, tetapi ketika beliau mengubah arahnya menuju Ka’bah, saat shalat, mereka tidak menyetujuinya (Sahih al-Bukhari).

Secara arsitektural, masjid ini dengan cermat memperhatikan banyak kepribadian saya sepanjang sejarah Muslim. Banyak program perluasan, pembangunan kembali dan renovasi dilakukan. Salah satu tokoh pertama yang melakukan hal ini adalah Umar II. Kesultanan Ottoman juga unggul dalam hal yang sama.

Bentuk masjid yang sekarang berasal dari tahun 1987. Masjid ini dibangun sebagai bagian dari berbagai inisiatif pembangunan di Madinah oleh Raja Fahd. Denah dan desain masjid mengacu pada bahasa dan kosa kata arsitektur tradisional Islam sebagai sumber inspirasi.

“Secara eksternal, kosakata arsitektur terinspirasi oleh elemen dan motif tradisional dalam upaya yang disengaja untuk menawarkan citra otentik untuk sebuah situs bersejarah” (archnet.org). Arsiteknya adalah Abdul-Wahid al-Wakil dari Mesir.

Masjid ini jauh lebih kecil dibandingkan Masjid Quba’. Hal ini mungkin terjadi karena tempat ini tidak termasuk dalam daftar tempat yang direkomendasikan Nabi SAW untuk dikunjungi di Madinah.

Luasnya yang relatif kecil merupakan ajakan tidak langsung kepada masyarakat untuk tidak menganggapnya penting untuk dikunjungi sebagaimana tempat yang telah ditentukan secara eksplisit, sehingga tidak berduyun-duyun ke sana jika tidak diperlukan.

Interior masjid ini sangat mirip dengan masjid Ahmad ibn Tulun dan beberapa masjid Fatimiyah di Kairo. Terdapat dua menara di sisi kanan dan kiri pintu masuk utama. Meski agak lebih pendek, namun menyerupai empat menara masjid Quba’.

Basis menaranya berbentuk persegi dan porosnya berbentuk segi delapan. Ada tiga balkon di setiap menara, yang kedua dan ketiga ditopang oleh muqarnas. n Agus Yulianto

Sumber:

https://aboutislam.net/reading-islam/research-studies/story-of-the-two-qiblahs-mosque-in-madinah/