Jogregan

72 Lightning Protection Systems dan Pohon Pengendali Petir Ditanam di Area Kilang Balongan

Kondisi kilang minyak Pertamina RU VI Balongan. (Dok. Matapantura.republika.co.id)
Kondisi kilang minyak Pertamina RU VI Balongan. (Dok. Matapantura.republika.co.id)

INDRAMAYU -- Peristiwa kebakaran Kilang Minyak Pertamina RU VI Balongan yang terjadi pada 29 Maret 2021, pukul 00.45 menjadi pelajaran berharga para pihak terkait pengelolaan minyak dan gas (migas) di Tanah Air pada umumnya dan kabupaten Indramayu khusunya.

Pasalnya, faktor keamanan kilang menjadi hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian. Sebab, dampak dari kerugian itu tak hanya merenggut korban jiwa, tapi juga terhadap kebutuhan bahan bakar minyak, serta ekonomi secara luas.

Untuk itu, agar kegiatan bisnis utama di kilang yang mengolah minyak mentah dari Duri dan Minas menjadi produk-produk BBM, non BBM dan petrokimia ini berjalan aman dan lancar, faktor keamanan menjadi prioritas seluruh kegiatan atau operasional kilang.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Area Manager Communication, Relation & CSR RU VI, Mohamad Zulkifli mengatakan, keamanan kilang baik di internal maupun eksternal menjadi prioritas utama manajemen. Untuk eksternal, kata dia, pemerintah telah memberikan aturan terkait jarak aman area operasional kilang dengan lingkungan penduduk. Aturan itu adalah penerapan bufferzone.

Area Manager Communication, Relation & CSR RU VI, Mohamad Zulkifli. (Agus Yuliantioi/Matapantura.republika.co.id)
Area Manager Communication, Relation & CSR RU VI, Mohamad Zulkifli. (Agus Yuliantioi/Matapantura.republika.co.id)

"Aturan pemerintah ini terus kita ikuti. Sehingga, ketika terjadi peristiwa di area kilang, maka dampak kepada masyarakat sekitar dapat diminimalisasi. Penerapan bufferzone sangat diperlukan dan kita sudah memiliknya," ujar Zulkifli kepada Matapantura.republika.co.id, usai acara bukber bersama media, Kamis (28/3/2024)

Sedangkan untuk internal kilang, kata dia, pihaknya akan memasang sebanyak 72 lightning protection systems (LPS). Sebab, kata Zulkifli, menilik peyebab terjadinya peritiwa kebakaran tangki minyak di kilang pada 29 Maret 2021, itu ternyata disebabkan oleh petir.

"Dari hasil olah para pakar petir dan forensik Mabes Polri serta pakar terkait lainnya, kebakaran tangki di kilang saat itu karena faktor petir," ujarnya.

Tetapi, sambung dia, itu pun masih harus didukung oleh faktor lainnya yaitu segitiga api. Yakni, adanya udara yang cukup, bahan bakar yang cukup, dan panas yang mendukung. "Segitiga api, dimana akan menimbulkan api bila ketiganya bertemu adalah adanya udara yang cukup, bahan bakar yang cukup dan panas yang mendukung, maka terjadilah api atau kebakaran," ungkap Zulkifli.

Tak mau peristiwa terulang, ucapnya, maka seluruh tangki BBM yang ada di dalam area kilang, kini 'ditanami' LPS. Masih-masing tangki, ada empat LPS.

Namun, ungkap dia, pascakebakaran beberapa waktu lalu itu, hingga saat ini baru dipasar sekitar 60 unit. "Rencananya kita pasang semua, ada 72 yang akan dipasang," ujarnya.

Dikatakan Zulkifli, selain dipasangi puluhan LPS, setiap tangki BBM itu juga ada pohon yang berfungsi untuk menangkap petir. "Dengan dua hal itu, LPS dan pohon penangkal petir, Insya Allah keamanan kilang menjadi lebih baik," tegasnya. n Agus Yulianto