Yuks Intip Ritual Berusia Ratusan Tahun 'Grebeg Syawal' Keraton-Keraton Cirebon

Tajug  
Ziarah kubur Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. (Dok. Republika)
Ziarah kubur Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. (Dok. Republika)

MATAPANTURA.REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Cirebon 'kota wali'. Sebutan ini sudah tidak asing lagi ba,gi telinga kita. Sebagai salah satu kota destinasi wisata, daerah ini tentunya memiliki beragam budaya, khususnya yang bernuansa keislaman.

Apalagi, di kota ini pun ada jejak peninggalan sejarah penyebaran agama Islam di Tanah Air yang ditinggalkan oleh Wali Sanga, Sunan Gunung Jati yang hingga saat ini masih terus dilestarikan. Baik itu oleh keluarga keraton maupun masyarakat Cirebon dan daerah lain pada umumnya.

Tradisi Grebeg Syawal salah satunya. Tradisi berusia ratusan tahun ini, bisa kita temui di tiga keraton yang ada di Kota Cirebon, baik keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, maupun Keraton Kacirebonan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Belum lama ini, telah berlangsung ritual Grebeg Syawal yang dilakukan oleh keluarga Kesultanan Kanoman Cirebon. Ini adalah ritual budaya sekaligus keagamaan yang rutin dilakukan di Cirebon.

Prosesi ritual yang ditahbiskan dalam bentuk ‘pengakuan’ terhadap silsilah para leluhur dan perhelatan Kenduri atau selametan.

Di dalam prosesi Grebeg Syawal ini juga dipanjatkan doa-doa demi keselamatan keluarga Keraton Kanoman Cirebon, serta mendoakan Raja-raja Cirebon, khususnya raja-raja Kesultanan Kanoman yang telah wafat.

Acara Grebeg Syawal ini dipimpin langsung oleh Sultan Kanoman XII, Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin, yang dalam hal ini diwakili oleh Gusti Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran, Patih Kesultanan Kanoman.

Ratu Raja Arimbi Nurtina selaku Sekretaris Kesultanan Kanoman‫mengungkapkan, esensi ritual ini adalah ziarah kubur. Tradisi ziarah kubur alias nyekar ini dilaksanakan ke makam Raja-Raja Kesultanan Kanoman di kompleks Astana Gunung Sembung (komplek makam Sunan Gunung Jati).

"Sekaligus silaturahmi antara sultan, keluarga dan masyarakat dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri atau kita kenal dengan Hari Raya Kupat setelah 6 (enam) hari berpuasa sunnah di bulan Syawal," tutur Ratu Arimbi kepada media di Cirebon.

Ratu Arimbi pun menjelaskan prosesi Grebek Syawal ini yang diawali dengan ‘grebeg’ yaitu bersamanya keluarga sultan di Pendopo Jinem Keraton Kanoman. Rangkaian acara dimulai pukul 06.30 WIB, Gusti Patih dan keluarga berangkat dari Pendopo Jinem Keraton Kanoman dan diperkirakan sampai di Astana Gunung Sembung sekitar pukul 07.00 WIB.

Sesampainya di Astana Gunung Sembung, Gusti Patih dan keluarga memasuki kori (pintu) gapura, yakni pintu pertama yang ada di dekat alun-alun. Kemudian masuk Kori Krapyak. Lalu kemudian memasuki pintu tujuh (Lawang Pitu) Giri Nur Saptarengga.

Ketujuh pintu itu antara lain pintu Pasujudan yakni pintu yang biasa para peziarah umum berdoa dan bertawasul, kemudian memasuki pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca, pintu Bacem, baru kemudian ke pintu yang ke 9 yakni pintu Teratai.

Dari pintu kesembilan itulah, Patih dan keluarga menuju ruangan dalam pesarean Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. “Yang berada di puncak bukit Gunung Sembung (Giri Nur Saptarengga)," ujarnya.

Menurut Ratu Arimbi, di ruangan dalam pesarean Gusti Patih bersama keluarga memulai prosesi Ngarwah. Yaitu, membacakan tahlil, dzikir serta berdoa di makam-makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem, makam panembahan Ratu I, dan makam Sultan-sultan Cirebon.

Setelah acara tahlilan dan doa bersama, keluarga Keraton Kanoman Cirebon makan bersama di Pasanggrahan Kompleks Makam Sunan Gunung Jati dan membagikan uang koin kepada warga dan peziarah.

Pintu Makam Digembok

Tak semulus prosesi yang digelar Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan Cirebon justru mendapat tentangan dari keluarga besar Kesultanan Cirebon yang hendak mengadakan acara grebek Syawal di Astana Gunung Sembung Gunung Jati Kabupaten Cirebon. Justru saat para rombongan keluarga besar Keraton Kasepuhan hendak memasuki ruangan dalam pesarea Komples Makam Sunan Gunung Jati, malah mendapatkan penolakan.

Ya, pintu masuk ke dalam pesarean itu telah digembok oleh keluarga besar Kesultanan Cirebon. Meski demikian, segala bentuk drama tentangan akan Sultan dan lainnya, proses Grebek Syawal Keraton Kasepuhan masih tetap berjalan, walau itu dilakukan di luar area dalam pesarean.

Dijumpai sejumlah awak media di Keraton Kasepuhan usai ramai penolakan Keluarga Besar Keraton Kasepuhan, Patih Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Goemelar Soeryadiningrat mengatakan, kegiatan prosesi Grebeg Syawal ini dilakukan pada setiap tahunnya untuk berziarah ke makam leluhur.

“Kita kesana untuk bersilaturahmi kepada leluhur, untuk berdoa dan bermunajat kepada Allah terutama kita sebagai generasi penerus yang harus mengingat jasa para leluhur,” ujarnya pada Jumat (19/4/2024).

Terkait insiden penutupan pintu Astana Gunung Sembung Gunung Jati yang dilakukan kepada keluarga Keraton Kasepuhan Cirebon, Ia merasa prihatin atas kejadian tersebut. “Kita sebetulnya ingin melakukan ziarah kepada makam orang tua kita. Kita kan keturunannya,” ucapnya.

Dia mengatakan, keluarga Keraton Kasepuhan Cirebon akan melakukan musyawarah terkait dengan peristiwa penutupan dan penggembokan tersebut. “Kita akan berembuk dulu dengan pihak keluarga mudah-mudahan ada solusi dan jalan keluar yang terbaik, apalagi kita ini keluarga dan keturunan Sultan,” katanya.

Peristiwa penggembokan Akses ke lokasi makam Sunan Gunung Jati pun ramai krena hal serupa pernah terjadi di tahun yang lalu, baik penggembokan dan penolakan terhadap Sultan Lukman. n Agus Yulianto

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image