Begini Kronologi Andrea Mengalami Depresi dan 20 Kali Kabur dari Rumah
MATAPANTURA.REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sebut saja namanya Andrea. Bocah berusia 13 tahun dan masih duduk di bangku kelas enam SD di Kota Cirebon ini, nekat kabur dari rumahnya sebanyak 20 kali. Penyebabnya, karena kecewa dan marah handphone (HP) miliknya dijual oleh sang ibu Siti Anita (38). Padahal, HP miliknya itu dibeli lewat tabungan sendiri.
Siti Anita (38) ibu dari sang anak itu mengaku, dirinya tidak memiliki uang karena suami pada saat itu menganggur selama delapan bulan. Selain itu, tambahan ekonomi lewat berjualan, tidak bisa dilakukannya karena harus mengurus anaknya yang masih balita.
Siti mengaku, menyesal telah menjual HP milik anaknya itu. Apalagi, karena berimbas terhadap perubahan sikap buah hatinya itu.
Namun begitu, penjualan barang kesayangan anak tertuanya itu, dilakukan Siti atas izin pemilik HP. Saat itu, dia meminta izin kepada pemilik HP (anaknya), menjualnya untuk keperluan sehari-hari.
"Jadi saya bingung, ada barang itu (HP), saya jual buat makan sehari-hari," ungkapnya. Namun setelah itu, anaknya mengalami perubahan sikap. Jadi sering melamun dan marah-marah.
Seiring berjalannya waktu, kekecewaan yang dipendam anaknya itu, lama-lama membebani pikiran anaknya. "Selain sering marah-marah, anaknya itu kerap kali menghilang kabur dari rumah," ujarnya.
Diakui Siti, anaknya tersebut terhitung sudah 20 kali menghilang. Paling jauh ditemukan di Kabupaten Kuningan.
Dengan bantuan warga sekitar, pencarian anaknya itu dilakukan lewat pengumuman di media sosial. Usaha pencarian dengan cara dibagikan lewat grup KOCI itu, anaknya berhasil ditemukan di wilayah Kuningan yang diamankan oleh petugas Satpol PP setempat.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas), Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Ade Cahyaningrum, melakukan kunjungan ke tempat tinggal anak yang alami depresi.
Menurutnya, soal gangguan kesehatan mental dan psikologi yang dialami, diduga kesedihan anak sangat mendalam yang tidak bisa keluar karena termasuk anak pendiam.
"Jadi pulang ke rumah, HP sudah dijual. Mungkin hatinya tidak nerima," ujarnya.
Ade mengapresiasi karena pihak guru maupun kepala sekolah tempat anak tersebut dulunya belajar, sudah datang lebih dulu. Tetapi, kasus ini perlu penanganan situasi khusus. Anak tersebut tidak boleh dikeluarkan dan jangan sampai putus sekolah.
"Guru sudah sering datang ke sini. Aman insya Allah. Ini kepala sekolah, dari kami dinas pendidikan selalu datang. Ada kepedulian dari warga," tuturnya.
Saat berkunjung ke rumah anak tersebut, Ade beberapa jam berinteaksi. Dia melihat, masih ada komunikasi antara ibu dan anak.
"Pasti ada rasa sayang, tetapi ada kesedihan yang terpendam. Ada dua ungkapan dia menyayangi ibunya," katanya. n Agus Yulianto