Perluas Pabrik 32 Ha, Polytama Tingkatkan Produksi Polypropylene Hingga 600 Ribu Ton Per Tahun
MATAPANTURA.REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Indonesia hingga kini masih mengimpor plastik hingga lebih dari satu juta ton per tahun. Tingginya kebutuhan plastik dalam negeri yang dibarengi rendahnya produksi, mendoro Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pelaku industri petrokimia bijih plastik untuk meningkatkan kapasitasnya.
"Sesuai instruksi Presiden Jokowi untuk menekan kebutuhan impor petrokimia, PT Polytama Propindo (Polytama) tengah mengembangkan Proyek Polypropylene Plant Balongan (PPB)," kata Andri, Korsek Manajer Polytama kepada Matapantura.republika.co.id, Jumat (31/5/2024)
Pengembangan ini, kata dia, sebagai upaya penambahan kapasitas produksi resin Polypropylene (PP) dalam negeri. "Proyek ini, merupakan pembangunan PP Plant kedua Polytama dengan kapasitas sebesar 300 ribu ton per tahun," ujarnya.
Dikatakan Andri, hingga saat ini, kebutuhan plastik di dalam negeri mencapai 2 juta ton per tahun. Namun, dari tiga industri plastik yang ada di Indonesia saat ini, produksi plastik itu baru mencapai sekitar 900 ribu ton pertahun.
"Maka, dengan adanya rencana 32 hektare perluasan pabrik pada 2027, produksi plastik Polytama akan bertambah 300 ribu toh atau menjadi 600 ribu ton per tahun," ujar Andri.
Sehingga, lanjut dia, dengan adanya penambahan produksi itu, maka dapat menekat produk impor plastik dalam negeri hingga menjadi kurang dari satu juta ton. "Ini yang diharapkan Presiden Jokowi terhadap industri plastik dalam negeri," ucapnya.
Dengan pembangunan PP Plant kedua tersebut, Proyek PPB yang pelaksanaannya juga disupervisi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), nantinya akan memproduksi beberapa produk petrokimia. Di antaranya homopolymer PP (bahan baku wadah makanan), random copolymer PP (bahan baku alat medis), block copolymer (bahan baku manufaktur), dan terpolymer PP (bahan baku komponen otomotif dan medis) dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Kelanjutan proyek PPB ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kemajuan bisnis Polytama dan peningkatan ekonomi daerah sebagai pertumbuhan industri baru," ujarnya.
"Upaya ini juga, diharapkan dapat memperkuat Polytama dalam peta persaingan industri petrokimia, sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia," tandasnya.
Tidak hanya berfokus mengembangkan bisnis, kata Andri, Polytama merupakan penghasil resin bijih plastik jenis polypropylene yaitu jenis plastik yang direkomendasikan untuk digunakan antara lain sebagai kemasan makanan.
"Keistimewaan karakteristik jenis plastik ini memungkinkan produk dengan jenis plastik polypropylene ini menjadi dapat digunakan berkali – kali dan tidak mengandung ikatan kimia yang beracun," ujarnya.
Selain itu, Polytama juga turut berinovasi dalam menciptakan produk petrokimia dengan proses yang ramah lingkungan serta ingin memperkenalkan kepada masyarakat bahwa plastik baik jika dikelola secara bertanggung jawab. n Agus Yulianto