Ini Keutamaan Hari Tasyrik
MATAPANTURA.REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Islam mengajarkan tentang adanya hari-hari istimewa selain hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari-hari tersebut dilarang berpuasa yang sama keharamannya dengan puasa di dua hari raya. Hari itu disebut dengan hari tasyrik.
Puasa merupakan salah satu ibadah yang ruang lingkup hikmah sosialnya sangat luas, mulai dari merasakan kelaparan, menahan diri dari yang haram, meningkatkan kelembutan hati sampai pengembangan kasih sayang. Namun, di hari tasyrik ibadah puasa dilarang dilakukan.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. al-Baqarah ayat 203:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ .
Artinya : “Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang .”
Kalimat ‘hari-hari yang terbilang’ (al-ayyâm al-ma’dûdât) adalah hari tasyrik, menurut Ibnu Abbas ra (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adhîm, juz 1, hlm 203)
Dikutip dari NU Online, Ayat di atas menunjukkan berdzikir merupakan ibadah yang sangat dianjurkan di hari tasyrik. Di samping hadits Rasul yang mengatakan: “Ayyâm al-tasyrîq ayyâm al-tha’am wa al-dzikr—hari tasyrik adalah hari makan dan berdzikir.”
Tasyrik juga berarti menyinarkan cahaya, ini sesuai dengan arti asal Adha yakni nampak. Sehingga pada hari Adha ‘mulai nampak’ disusul dengan Tasyrik ‘sinar cahaya’, lalu pelajaran Apa yang bisa kita ambil di hari tasyrik ini?
Di hari tasyrik, makan yang bersifat kebutuhan jasmani disandingkan dengan dzikir yang bersifat ruhani. Dua sisi yang mewujud dalam diri manusia. Jika dilihat dari proses penciptaanya, bahan dasar manusia adalah tanah yang identik dengan kotor, rendah dan lembek. Kemudian bercampur dengan ruh Tuhan yang luhur.
Pertemuan dua unsur berbeda ini membentuk manusia yang tidak hanya mewarisi kebaikan-kebaikan Tuhan tapi juga kerendahan tanah. Dalam hidup, kita lebih sering menuruti kebutuhan tanah (daging) dibandingkan ruh yang ditiupkan Tuhan (jiwa).
Kita diberi waktu tiga sampai empat hari untuk memuaskan unsur tanah kita (fisik/daging) di hari tasyrik, tapi Tuhan juga menginginkan kita bisa menyeimbangkannya dengan dzikir, agar ruhani kita tidak kering dan lapar. Keseimbangan keduanya sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan.
Dzikir memiliki arti yang luas cakupannya. Berasal dari kata dzakara-yadzkuru-dzikran yang berarti menyebut, mengingat-ingat, dan menjaga. Dalam Alquran, kata dzikr terkadang digunakan untuk menunjukkan ‘pengetahuan’ Artinya, wilayah operasional dzikr sangat luas.
Pelajaran penting dari hari tasyrik adalah bagaimana kita mampu menyeimbangkan sifat-siat manusiawi kita dengan unsur ruhani dengan terus memaksimalkan penginderaan batin dan proses berfikir dan berdzikir untuk mampu mendekatkan diri kepada dzat Yang Maha Kuasa. n Agus Yulianto