Murniati Mewakili IAI Tazkia di Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia
MANTAPANTURA.REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia rutin mengadakan kegiatan dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air. Selama 14 tahun terakhir, perhelatan besar yang dikenal dengan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) diadakan secara rutin di Jakarta dan Surabaya. Adapun Road to ISEF yang dinamakan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) beberapa tahun ini juga diadakan di beberapa daerah untuk juga meningkatkan partisipasi dari seluruh masyarakat.
Kali ini FESyar untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) diadakan di Kendari, Sulawesi Tenggara, dari 7 hingga 9 Juli 2024. Acara Fesyar dimeriahkan dengan serangkaian acara dari mulai pelatihan Juru Sembelih Halal (Juleha), tabligh akbar yang dibawakan oleh Syekh Muhammad Jaber, pelatihan Sertifikasi Nazhir, seminar pemberdayaan pesantren, kompetisi ekonomi syariah, kompetisi dakwah, Flagship Seminar Ekonomi Syariah, seminar penguatan ekosistem halal UMKM, seminar zakat, serta berbagai lomba seperti technovation, adzan, dan memasak.
Adapun Flagship Seminar Ekonomi Syariah yang diadakan setelah Opening Ceremony 8 Juli kemarin menghadirkan Guru Besar Akuntansi Syariah, Institut Agama Islam Tazkia (Murniati Mukhlisin), Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah (Sutan Emir Hidayat), Perwakilan OJK Sulawesi Tenggara (Shintia Wijayanti), dan Direktur Eksekutif Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) Sulawesi Tenggara (Muhammad Faizal).
Di acara seminar, Murniati mengangkat isu trend perkembangan ekonomi syariah di dunia global, Indonesia, dan khususnya Sulawesi Tenggara. Indonesia saat ini menduduki peringkat ketiga di kancah ekonomi syariah global setelah Malaysia dan Saudi Arabia.
Miris memang, namun hal ini tidak mengejutkan karena setimpal dengan hasil survei Bank Indonesia yang menunjukan bahwa tingkat literasi ekonomi syariah penduduk Indonesia pada 2023 adalah hanya sebesar 28 persen yang artinya dari 100 orang yang ditanya, 28 orang menjawab bahwa mereka paham tentang makanan minuman halal, keuangan syariah, pakaian modis, pariwisata ramah Muslim, kosmetik dan obat-obatan halal, serta media dan rekreasi halal.
Hal ini terkonfrmasi juga oleh hasil survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa literasi keuangan syariah 2023 hanya sampai 39 persen. Itupun cukup membanggakan karena berhasil naik dari 9 persen, angka bertengger tiga tahun berturut-turut sebelumnya. Berkenaan dengan inklusi, angkanya hanya berkutat di 12 persen yang artinya hanya ada 12 dari 100 orang yang sudi memakai produk dan jasa keuangan syariah.
Murniati mengingatkan, agar trend ekonomi syariah yang didampingi dengan digitalisasi dan dengan adanya sumber daya manusia yang mupuni di kalangan usia produktif (bonus demografi), perlu terus dikawal.
“Jangan sampai ketika kita promosi pariwisata ramah Muslim di Sulawesi Tenggara, ternyata ada kelompok LGBT yang juga mempropaganda situs wisata ramah LGBT yang sangat mudah dilakukan secara digital. Di saat kita dengan gencar promosi digitalisasi keuangan syariah, ternyata pinjaman online ilegal dan kegiatan judi online merambah masuk ke seluruh wilayah Indonesia dengan mudah termasuk ke Sulawesi Tenggara” kata Murniati, Selasa (9/7/2024)
Maka dari itu, dia mengajak, agar pegiat ekonomi syariah menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk mempromosikan ekonomi syariah dengan sasaran yang tepat dan berkesinambungan. Saat ini, AI malahan banyak disalahgunakan sehingga dampaknya sangat merugikan masyarakat salah satunya “deepfaking” yang mempromosikan situs judi online secara masif.
Selain menjadi pembicara di acara FESyar, Murniati yang juga Pendiri dan Motivator Sakinah Finance ini juga mengisi kajian literasi syariah untuk komunitas disabilitas di Kendari yang dibina oleh Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), berkunjung ke Pesantren Hidayatullah di Kendari, dan memberikan masukan atas kegiatan Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN) di FESyar. n Agus Yulianto