Jogregan

Begini Cara Petani Indramayu Gelar Protes Akibat Sawahnya Kekeringan

Dua orang petani melakukan balap motor di areal sawah yang mengalami kekeringan di Blok Nambo, Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Hal itu sebagai bentuk protes ketiadaan pasokan air yang mengaliri sawah mereka. - (dok. Republik/Tangkapan Layar)
Dua orang petani melakukan balap motor di areal sawah yang mengalami kekeringan di Blok Nambo, Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Hal itu sebagai bentuk protes ketiadaan pasokan air yang mengaliri sawah mereka. - (dok. Republik/Tangkapan Layar)

MATAPANTURA.REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Suara bising raungan sejumlah sepeda motor terdengar dari area pesawahan di Blok Nambo, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Mereka ternyata menggelar ajang balap motor di areal pesawahan yang mengalami kekeringan parah.

Aksi sejumlah pemuda tani itu sebagai bentuk protes kepada pemerintah Indramayu, akibat tidak respon terhadap masalah pertanian, khususnya tanaman padi. Pasalnya, akibat kekeringan itu, tanaman padi berusia 40 hari itu menjadi terancam gagal panen (puso).

Video balap motor itupun viral di media sosial. Dua orang petani yang mengendarai dua sepeda motor, terlihat memacukan kendaraannya masing-masing di areal pesawahan yang kering tersebut dan retak-retak.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di atas lahan sawah itupun terlihat tanaman padi yang masih berwarna hijau. Namun, tanaman terlihat mulai meranggas karena lama tak mendapat pasokan air.

Aksi balapan motor di areal sawah itu sengaja mereka lakukan sebagai bentuk protes karena tak adanya pasokan air irigasi. ‘’Kami protes karena sawah kering,’’ kata Ketua Kelompok Tani Sriwijaya 4 Desa Karanganyar, Farurozi.

Sejumlah petani palawija di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, membuat tempat penampungan air di tengah sawah untuk mencegah tanaman agar tidak mati, Rabu (12/6). (Dok. Republika/Istimewa) 
Sejumlah petani palawija di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, membuat tempat penampungan air di tengah sawah untuk mencegah tanaman agar tidak mati, Rabu (12/6). (Dok. Republika/Istimewa)

Dia menjelaskan, sudah hampir satu bulan sawah di daerahnya tidak teraliri air. Hal itu terlihat dari kondisi tanah yang kering, keras dan retak-retak. Dia menyebutkan, areal sawah yang kekeringan itu mencapai ratusan hektare.

Farurozi mengatakan, umur tanaman padi tersebut rata-rata mencapai 40 hari. Para petani pun sudah mengeluarkan modal yang besar. Selain untuk penanaman, mereka juga sudah melakukan pemupukan.

Farurozi menilai, meski mengalami kekeringan, namun tanaman padi di daerahnya sebenarnya masih bisa diselamatkan. Namun, dibutuhkan penggelontoran air dengan segera.

Jika tidak, maka tanaman padi akan mengalami puso. ‘’Ya kami berharap air segera digelontorkan, biar tanaman padi bisa diselamatkan,’’ katanya. n Agus Yulianto