Kala Bupati Nina Mengenakan Topeng Kelana Resapi Perjalanan Hidup Manusia
Siapa yang tak kenal dengan tari Topeng Cirebon? Ya, tari topeng merupakan salah satu seni tari yang termasyhur di Jawa Barat. Tarian ini merupakan gambaran budaya yang menjelaskan sisi lain dari setiap diri manusia.
Namun, di sisi lain, tak banyak yang tahu tentang sejarah panjang tari topeng Cirebon yang menarik untuk disimak. Yang pasti, filosofi tari topeng Cirebon menggambarkan aspek kehidupan yang sangat luas, mencakup kepribadian, cinta, angkara murka, kepemimpinan, serta perjalanan hidup manusia dari lahir hingga dewasa.
Dikutip dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Jawa Barat, sejarah tari topeng di Cirebon ini juga berhubungan dengan penyebaran agama Islam. Kota Cirebon merupakan pintu masuk penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati adalah tokoh yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam dan tari topeng di Cirebon.
Pada 1470-an, Sunan Gunung Jati bekerja sama dengan Sunan Kalijaga dalam upaya penyebaran Islam di Pulau Jawa. Kala itu, kedua Sunan tersebut memfungsikan tari topeng sebagai media penyebaran Islam sekaligus tontonan di lingkungan Kesultanan Cirebon.
Tari topeng merupakan kesenian yang lahir dan berkembang di sekitar wilayah Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Tarian ini disebut Tari Topeng karena penari menggunakan topeng atau kedok sebagai asesoris tariannya, yang berfungsi untuk menutupi wajah penari. Penggunaan topeng ini juga terkait dengan jenis tarian yang dimainkan, yang tentunya sesuai dengan karakter topeng atau kedok yang dipergunakan.
Tari topeng merupakan jenis tarian rakyat yang hidup di desa-desa di Cirebon dan sekitarnya. Versi lain menyebutkan, bahwa kesenian ini berasal dari Jawa Timur, yang tersebar ke Cirebon pada masa pemerintahan kerajaan Jenggala (abad 10-11 M). Hal tersebut tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-17 yang membatasi kesenian di Keraton Cirebon.
Dengan demikian banyak para seniman yang akhirnya memilih untuk pulang kampung dan menjadi seniman jalanan dengan mengembangkan seni topeng ini di daerahnya masing-masing. Sejak saat itulah, tari topeng secara organik berkembang di tengah masyarakat kebanyakan bukan di lingkungan keraton.
Dalam perkembangannya di lingkungan masyarakat, topeng Cirebon kemudian memperoleh dan memiliki bentuk serta penyajiannya yang spesifik dengan menampilkan beberapa jenis tarian berbeda disesuaikan dengan kedok yang digunakan. Sesuai dengan urutannya, tari Topeng Cirebon terdiri dari tari Topeng Panji, tari Topeng Samba, tari Topeng Rumyang, tari Topeng Temanggung dan tari Topeng Kelana atau Rahwana. kelima jenis topeng ini kemudian dikenal dengan nama Panca Wanda (lima rupa).
Seni tari ini yang hingga saat ini masih terus digaungkan keberadaannya. Salah satunya, adalah upaya Bupati Indramayu Nina Agustina, yang akan menunjukkan kebolehannya menarikan topeng Kelana di depan Presiden Jokowi, pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 di Kendari, Sulawesi Tenggara, 9 Pebruari mendatang. Dalam acara tersebut, dia akan membawakan tari topeng khas Indramayu.
Untuk itu, Nina kini tengah rajin berlatih tari topeng. Bersama penari anak-anak yang tergabung dalam Sanggar Tari Topeng Kelana Mimi Rasinah, dia berlatih bersama mereka di Pendopo Indramayu, Jumat (28/1).
Selain membawakan tari topeng, dalam acara puncak peringatan HPN itu Nina juga akan menerima Anugerah Kebudayaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat. "Latihan tari topeng ini sudah dua kali dilaksanakan, sebagai persiapan tampil di Anugerah Kebudayaan PWI Pusat dalam rangka peringatan HPN tahun 2022," ujar Nina.
Nina mengaku, sangat bangga dengan seni tari topeng ini. Apalagi, filososi yang terkandung di dalamnya, menyangkut kehidupan seseorang dari sejak lahir hingga dewasa.
"Filosofi tari topeng Cirebon menggambarkan aspek kehidupan yang sangat luas, mencakup kepribadian, cinta, angkara murka, kepemimpinan, serta perjalanan hidup manusia dari lahir hingga dewasa," ujarnya.
Untuk itu, dirinya sangat mendukung keberadaan Sanggar Tari Topeng Kelana Mimi Rasinah yang saat ini dilanjutkan oleh generasi penerusnya, Aerli Rasinah. "Dari sanggar inilah akan lahir generasi penerus dan pelestari seni tari topeng. Dan ini harus kita jaga tersus," katanya
Aerli Rasinah, penerus Sanggar Tari Topeng Kelana Mimi Rasinah, menilai, bupati Indramayu sangat peduli pada kebudayaan Indramayu. Menurutnya, kepedulian bupati terlihat saat latihan Tari Topeng Kelana bersama dengan anak-anak didiknya.
"Ibu Bupati Nina sangat peduli dengan kebudayaan Indramayu. Dan kepedulian itu dibuktikan dengan akan diterimanya Anugerah Kebudayaan PWI Pusat dalam rangka memperingati HPN Tahun 2022 di Kendari Sulawesi Tenggara nanti," ucap Aerli. n Agus Yulianto