Tajug

Karena Doa Seorang Pemuda, Allah Menurunkan Hujan di Kab'bah

Suasana Ka'bah sepi di malam hari. (Dok. KJRI)
Suasana Ka'bah sepi di malam hari. (Dok. KJRI)

Hujan adalah berkah yang turun dari langit. Dengannya, tumbuhan hidup, manusia mengambil manfaat, dan roda kehidupan dunia pun dimulai. Terkait dengan hujan ini, jelas tak luput dari Alquran.

"Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran." (QS. Al-A'raf: 57)

Bahkan, dalam surah An Nur ayat 43, Allah SWT menggambarkan proses turunnya hujan dengan rinci. Ayat yang berisi kandungan sains ini dimulai dengan gambaran bagaimana Allah mengarak awan sebagai sarana turunnya air.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Bagi orang yang beriman, ayat ini mengandung pelajar besar untuk direnungkan. Betapa kehidupan ini telah diatur dengan saksama oleh Tuhan yang Maha Esa. Meresapi hikmah di dalamnya, iman seorang muslim akan bertambah.

"Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. An Nur: 43)

Menyangkut hujan ini, ada kisah menarik yang juga harus menjadi perhatian kita sebagai hamba-Nya. Dalam buku berjudul 'Misteri Wukuf di Arafah' karya Ustaz Muhammad Rusli Amin yang diterbitkan PT Al Mawardi, Tsabit Al-Banani bercerita, bahwa dirinya menunaikan haji bersama dengan rombongan para ahli ibadah dari Bashrah, termasuk di dalamnya Malik bin Dinar.

Ketika kami memasuki Kota Makkah, kami mendapati bahwa air sangat susah diperoleh dan orang-0rang merasa kehausan. Keadaan ini terjadi karena tidak pernah turun hujan di wilayah Makkah dalam berberapa waktu lamanya .

Penduduk Makkah dan orang-orang yang sedang menunaikan haji meminta kami untuk memohonkan kepada Allah SWT agar diturunkan hujan untuk mereka. "Kami pun datang ke Ka'bah dan melakukan thawaf, kemudian memohon kepada Allah dengan merendahkan diri penuh khusyuk. Namun, permohonan kami belum terkabul."

Dalam keadaan demikian, tiba-tiba datanglah seorang pemuda yang sampak sedih dan berduka. Ia melakukan thawaf di Ka'bah kemudian mendatangi kami. Ia menyapa, "Wahai Malin bin Dinar...(ia menyebut nama kami satu demi satu). Kami menyahut, "Ya, wahai pemuda." Ia bertanya, adakah di antara kalian seseorang yang dicintai Allah? Kami menjawab, "Wahai pemuda, kami hanya berdoa dan Tuhanlah yang mengabulkan." Ia berkata, "Menjauhlah kalian dari Ka'bah."

Kemudian pemuda itu menghampiri Ka'bah dan menundukan kepalanya dan bersujud. Aku mendengar ia berkata di dalam sujudnya, "Tuhan-ku, dengan kecintaan-Mu kepadaku, turunkanlah hujan untuk mereka."

Dan begitu selai ia berucap, hujanpun turun. Orang-orang yang kehausan saat itu, langsung mengisi wadah-wadah mereka dengan air hujan.

Aku bertanya, "Wahai pemuda, dari mana engkau tahu bahwa Allah mencintaimu? Ia menjawab, "Jika Ia tidak mencintaiku, Dia tidak akan memintaku berkunjung. Ketika Dia memintaku berkunjung, aku tahu bahwa Dia mencintaiku. Karena itu, aku memohon kepada-Nya dengan kecintaan-Nya kepadaku, dan Dia mengabulkan permohonannku."

Kemudian pemuda itu pergi. Aku bertanya, "Wahai penduduk Makkah, siapakan pemuda itu?" Mereka menjawab, "Ali bin Husain bi Ali bi Abi Thalib." Subahanallah....N Agus Yulianto