Jogregan

Ketika Kemiskinan Menelikung Suami-Istri, Ini yang Perlu Dilakukannya

Sejumlah pengemis berharap shaqah dari para dermawan. (Edy Yusuf/Republika)
Sejumlah pengemis berharap shaqah dari para dermawan. (Edy Yusuf/Republika)

Di zaman Nabi Musa As, ada sepadang suami istri yang hidup dengan penuh kemiskinan. Namun, mereka menghadapinya d engan penuh kesabaran.

Pada suatu ketika, tatkala mereka beristirahat, sang istri bertanya kepada suaminya, "Wahai suamiku, bukankah Musa adalah seorang Nabu yang bisa berbicara dengan Tuhannya (Allah)...? Lalu sang suami menjawab, "Iya, benar."

Sang istri berkata lagi, "Kenapa kita tidak pergi saja kepadanya untuk mengadukan kondisi kita yang penuh dengan kemiskinan dan memintanya agar ia berbicara dengan Rabb-nya, agar Dia menganugerahkan kepada kita kekayaan?"

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dikutip dari buku berjudul 'Takdir Allah Tak Pernah Salah', karya Agus Susanto, akhirnya pasangan suami istri ini mengadukan kemiskinannya itu kepada Nabi Musa As. Lalu, Nabi Musa pun bermunanjat menghadap Allah SWT dan menyampaikan keadaan keluarga tersebut.

Allah SWT berfirman kepada Musa, "Wahai Musa, katakanlah kepada mereka, aku akan memberikan kepada mereka kekayaan, tetapi kekayaan itu akan aku berikan hanya satu tahun, dan setelah satu tahun akan aku kembalikan mereka menjadi orang miskin kembali."

Lalu Nabi Musa menyampaikan kepada pasangan suami istri itu bahwasannya Alla telah mengabulkan permohonan mereka. Namun, dengan syarat kekayaan itu hanya satu tahun lamanya.

Mereka menerima kabar tersebut dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan. Beberapa hari kemudian datanglah rezqi yang melimpah dari jalan yang tak diketahui darimana arahnya. Dan mereka pun menjadi orang terkaya pada saat itu. Keadaan mereka pun berubah dengan kekayaan yang berlimpah.

Lalu sang istri berkata kepada suaminya, "Wahai suamiku, selama setahun ini kita akan memberikan makan orang0orang miskin dan menyantuni anak-anak yatim mumpung kita masih punya kesempatan, karena setelah setahun kita akan kembali miskin."

Sang suami menjawab, "Baiklah, kita akan menggunakan harta ini untuk membantu orang-orang yang membutuhkannya."

Kemudian mereka membantu orang-orang yang membutuhkan dan membangun tempat-tempat singgah para musafir, serta menyediakan makan gratis bagi orang yang membutuhkan.

Setelah setahun berlalu, mereka masih tetap sibuk menyediakan makanan sampai mereka lupa bahwasannya suah setelah lebih mereka menjadi orang kaya dan mereka lupa bahwa akan kembali menjadi orang miskin.

Nabi Musa pun heran melihat keadaan mereka yang tetap kaya. Kemudian Ia pun bertanya kepada Allah SWT, "Ya Rabb, bukankah Engkau berjanji memberikan mereka kekayaan hanya satu tahun saja? Kemudian setelah itu Engkau akan kembalikan mereka pada kemiskinan seperti semula?"

Allah SWT berfirman, "Wahai Musa, Aku telah membuka satu pintu rizqi kepada mereka, tetapi mereka membuka beberapa pintu rizqi untuk hamba-hamba Ku."

"Wahai Musa, maka Aku titipkan libih lama kekayaan itu pada mereka."

"Wahai Musa, Aku sangat malu jikalau ada hamba-Ku yang lebihmulia dan lebih pemurah daripada Aku."

Nabi Musa menjawab, "Maha Suci Engkau Ya Allah, betapa Maha Mulia urusan-Mu an Maha Tinggi kedudukan-Mu."

Hidup bukanlah bagimana menjadi yang terbaik, tetapi bagaimana kita banyak berbuat baik, dengan cara shadaqah kepada sesama. Maka, berlomba-lombalah kita semua untuk berbuat kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan mengabulkan doa kita. n Agus Yulianto