Tajug

Kisah Ida Rahmawati, Anak Petani yang Wujudkan Mimpi Jadi Hafidzah

Ida Rahmawati. (Istimewa)
Ida Rahmawati. (Istimewa)

KUNINGAN -- Ida Rahmawati, akan mencatatkan sejarah penting di desa asalnya, Desa Karangmangu, Kecamatan Karangmulya, Kabupaten Kuningan. Di usianya yang menginjak 22 tahun, dia menjadi perempuan pertama dan satu-satunya di desa tersebut yang mampu menuntaskan hafalan 30 juz Alquran.

Ida tidak dilahirkan di tengah keluarga yang kental dengan tradisi pesantren. Apalagi anak dari tokoh agama di desanya. Dia lahir dari keluarga sederhana nan bersahaja.

Ayah Ida, Supendi, adalah seorang petani yang kesehariannya bercocok tanam di lahan miliknya sendiri. Sementara Ibunya, Yeti, seorang ibu rumah tangga biasa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ida mulai menghafal Alquran setelah termotivasi ajakan menghafal Alquran dari para tokoh panutannya, salah satunya Ustadz Adi Hidayat. Dia menghafal Alquran secara otodidak. Metode menghafalnya didapat dari hasil menonton video tutorial menghafal Alquran di media sosial. Dia pun saat itu mampu menghafal lima juz Alquran secara mandiri.

‘’Motivasi terbesar saya dalam menghafal karena ingin menghadiahkan mahkota kehormatan untuk orang tua di akhirat kelak. Juga, pascalulus nanti, saya ingin mendirikan madrasah untuk mengurangi buta huruf Alquran para orangtua di desa. Serta mencetak para penghafal Quran yang lebih banyak. Insya Allah,’’ kata Ida, Rabu (16/2).

Ida sebelumnya sempat memutuskan tahun jeda (gap year), sekitar satu tahun sambil menunggu panggilan kerja. Waktu luang itu dimanfaatkannya untuk mulai menghafal. Bahkan, orangtunya tak tahu jika anak bungsunya tengah menghafal Alquran.

Kedua orang tuanya baru mengetahui setelah Ida menyatakan niat untuk kuliah Alquran.

Beasiswa pendidikan yang diraih Ida di Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran (STIQ) Al Multazam, semakin memacu mimpi Ida untuk bisa merampungkan target hafalan 30 juz Alqurannya. Meski tak punya catatan sebagai anak pesantren, dengan beasiswa dari STIQ Al Multazam itu, semakin mendekatkan mimpinya merampungkan hapalan 30 juz Alquran.

Dalam kurun waktu tiga semester saja, Ida sudah mampu merampungkan hafalan 30 juz Alqurannya. Pada 20 Februari mendatang, agenda Tasmi (ujian kelulusan menghafal Alquran) akan digelar di kampung halamannya di Desa Karangmangu. Kegiatan itu sebagai simbolis untuk mendapatkan predikat Mutqin (yang kuat hapalannya). Juga, sebagai syarat kelulusan bagi para mahasantri STIQ Al Multazam.

Istimewanya, lokasi dimana Ida akan menempuh ujian Tasmi itu merupakan lokasi rencana bakal didirikannya Kampus III Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Multazam Husnul Khotimah (HK). Tepatnya, di lokasi itu akan berdiri Universitas Al Multazam (Unzam). Proses pembangunan rencananya akan efektif dilakukan pada 2025 mendatang.

‘’Jika kita tak mampu membahagiakan orang tua di dunia dengan materi, maka kita bahagiakan mereka di akhirat nanti dengan hafalan Alquran yang kita miliki. Allah akan menempatkan derajat surga sesuai dengan hafalan Alquran kita. Semakin banyak hafalannya maka semakin tinggi derajat surganya,’’ tukas Ida.

Menghafal Alquran, sambung Ida, juga telah dijamin kemudahannya oleh Allah SWT. Hal itu sebagaimana tertuang dalam Alquran surat (QS) Al-Qomar ayat 17. Bahkan Allah mengulangnya sebanyak tiga kali di surat yang sama, yakni ayat 22, 32 dan 40.

‘’Maka tidak alasan lagi untuk tidak menghafal Alquran,’’ tukas perempuan yang menjabat sebagai Ketua BEM Putri STIQ Al Multazam tersebut.

Sementara itu, capaian prestasi yag ditorehkan oleh Ida, tak hanya membawa kebanggaan pada keluarganya. Namun juga aparat desa dan masyarakat di desanya.

‘’Kami sangat terharu dan merasa bangga,’’ tandas Sekretaris Desa Karangmangu, Nanda Sunanda.

Hal senada juga disampaikan Kepala Desa Karangmangu, Uja Azizi dan sesepuh sekaligus Ketua DKM setempat, Oyo. N lilis sri handayani