Yuks Berwista Reliji ke Tiga Masjid Tua di 'Kota Wali' Cirebon

Wisata  
Masjid Agung Kasepuhan Cirebon. Jamaah menunaikan shalat di Masjid Sang Cipta Rasa atau yang dikenal juga Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Senin (28/7). Konon, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 M atau - (Dok. Republika)
Masjid Agung Kasepuhan Cirebon. Jamaah menunaikan shalat di Masjid Sang Cipta Rasa atau yang dikenal juga Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Senin (28/7). Konon, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 M atau - (Dok. Republika)

.

CIREBON -- Waliullah Sunan Gunung Jati merupakan salah satu tokoh Cirebon yang memiliki peran sangat penting di kawasan pesisi utara (Pantura) Jawa Barat, khususnya Cirbeon. Dia menyebarkan Islam bersama-sama dengan para wali di kota-kota Jawa lainnya yang tergabung dalam Wali Songo.

Wajar bila kemudian Cirebon memiliki sejarah dan peranan yang sangat penting dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Kota ini pun mendapat julukan sebagai 'kota wali'.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Wajar juga bila hingga kini banyak sekali peninggalan sejarah di Cirebon sebagai bukti dan saksi proses penyebaran Islam. Salah satunya adalah masjid-masjid tua. Usianya pun sudah ratusan tahun. Namun, bangunannya masih kokoh dan tetap digunakan untuk kegiatan ibadah sehari-hari.

Ada setidaknya tiga masjid tua yang didirikan di kota ini. Ketiganya yakni Masjid Agung San Cipta Rasa, Masjid Kramat Depok, dan Masjid Bata Merah Panjunan. Ketiga bangunan masjid tua itu hingga kini masih kokoh. Bahkan, tetap digunakan untuk kegiatan ibadah sehari-hari oleh masyarakat sekitar dan peziarah dari daerah lain di nusantara.

Tujuh orang muadzin mengumandangkan adzan pertama pada salat Jumat di Masjid Agung Kasepuhan (Sang Cipta Rasa) Cirebon Jawa Barat , pada setiap Jumatan. (Antara) 
Tujuh orang muadzin mengumandangkan adzan pertama pada salat Jumat di Masjid Agung Kasepuhan (Sang Cipta Rasa) Cirebon Jawa Barat , pada setiap Jumatan. (Antara)

Dikutip dari laman Republika.co.id, arsitektur dan bentuk masjid-masjid tersebut mimiliki ciri khas. Namun yang jelas, dulu selain digunakan untuk beribadah, masjid juga dipakai untuk mengatur strategi dakwah Islam.

Kini, masjid-masjid tersebut masih tegak berdiri dan menjadi saksi bisu proses islamisasi di Cirebon. Kita (wisatawa) pun bisa menjelajahi ketiga bangunan masjid tua tersebut sembari menunaikan ibadah shalat wajib dan sunah. Berikut ini ulasannya:

Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon. Letaknya berada di kompleks Keraton Kasepuhan. Konon, masjid ini adalah yang tertua di Cirebon dan dibangun sekitar 1480 Masehi.

Menurut cerita, pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa melibatkan ratusan orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon sendiri. Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya.

Kekhasan masjid tersebut, antara lain, terletak pada atapnya yang tidak memiliki kemuncak atap sebagaimana yang lazim ditemui pada atap masjid-masjid di Jawa. Masjid ini terdiri atas dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama. Untuk menuju ruangan utama, terdapat sembilan pintu. Jumlah ini melambangkan Wali Songo. Sedangkan, arsitekturnya memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon.

Masjid Kramat Depok

Nama asli masjid ini adalah Masjid al-Karomah. Karena faktor pengucapan maka berubah menjadi Masjid Kramat. Namun, ada pula masyarakat yang menyebutnya masjid Karomah karena dianggap memiliki karomah.

Letaknya berada di Desa Depok, Kecamatan Depok, yang dulu termasuk wilayah Kecamatan Plumbon. Arsitektur masjid tersebut memiliki kesamaan dengan beberapa bangunan masjid tua lainnya di Cirebon. Pada bagian luar dilingkari tembok dari bata merah dengan satu pintu utama dan dua pintu samping.

Semua pintu masuk itu tidak terlalu tinggi untuk dilewati orang dewasa. Pada bagian dalam terdapat dua ruang, yaitu ruang utama dan pawestren. Ruang utama memiliki ketinggian yang rendah antara atap dengan latai. Ruang utama ini dibatasi dengan tembok yang tidak menyangga atap. Itu merupakan salah satu ciri masjid tua yang ada di Cirebon.

Masjid Bata Merah Panjunan

Masjid ini didirikan Pangeran Panjunan pada 1453 Masehi. Hampir seluruh bangunan masjid tersebut dihiasi warna merah. Pagar batu-batanya juga berwarna merah.

Awalnya, Masjid Bata Merah ini bernama Al-Athyang yang artinya dikasihi. Namun, karena pagarnya yang terbuat dari bata merah, menjadikan masjid ini lebih terkenal dengan sebutan Masjid Merah Panjunan.

Dulu, awalnya masjid tersebut merupakan tajug atau mushala sederhana. Ini karena di lingkungan itu merupakan tempat bertemunya pedagang dari berbagai suku bangsa. Arsitektur masjid ini dipengaruhi oleh gaya Jawa dan China. n

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image