Bisnis

75 Persen Petani di Indramayu Garap Sawah Orang Lain, Penyerapan Pupuk Organik Nol

INDRAMAYU -- Penggunaan pupuk organik di Kabupaten Indramayu belum dilirik oleh para petani di Kabupaten Indramayu. Hal itu terlihat dari stok pupuk organik yang disediakan Pupuk Indonesia yang masih nol penyerapan.

Berdasarkan data Realisasi Penyaluran dan Stok Kabupaten Indramayu Tahun 2025 dari Pupuk Indonesia, hingga 15 Oktober 2025, stok pupuk organik ada 200 ton. Namun, realisasi maupun alokasinya nol.

“Tahun ini di Kabupaten Indrmaayu memang tidak ada usulan terkait pupuk organik. Jadi alokasi pupuk organik memang nol,” ujar Officer Pendukung Penjualan Wilayah 2 Pupuk Indonesia, Drikarsa, saat ditemui di Kabupaten Indramayu, akhir pekan ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Drikarsa pun mempersilakan para petani di Kabupaten Indramayu untuk mengusulkan pupuk organik melalui e-RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Dia memastikan, pembaharuan data e-RDKK bisa dilakukan sepanjang tahun.

Menurut Drikarsa, penggunaan pupuk organik sangat penting untuk memperbaiki kesuburan tanah. Dia menjelaskan, kesuburan tanah yang dipakai secara terus menerus perlu dikembalikan lagi, salah satunya dengan pupuk organik.

“Jadi pupuk organik bisa memperbaiki sifat fisik tanah jadi lebih gembur, PH-nya jadi lebih baik. Analoginya seperti orang yang sakit, walaupun dikasih makan yang banyak, tanah yang sakit dikasih pupuk yang banyak, tapi kalau organiknya tidak ada, jadi tidak optimal dalam penyerapan,” jelasnya.

Kondisi tersebut berbeda jauh dengan penyerapan pupuk kimia di Kabupaten Indramayu, terutama yang bersubsidi. Berdasarkan pendataan hingga 15 Oktober 2025, total pupuk bersubsidi yang telah ditebus petani Indramayu telah mencapai 102.785 ton dari total alokasi sebanyak 132.132 ton.

Dari jumlah itu, capaian serapan pupuk Urea sebanyak 54.575 ton dari alokasi sebanyak 73.822 ton atau mencapai 74 persen, pupuk NPK telah terserap 48.165 ton dari alokasi sebanyak 57.918 ton atau 83 persen, dan pupuk ZA telah terserap 45 ton dari alokasi sebanyak 392 ton atau 11 persen.

Terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengakui kondisi tersebut. Ia menjelaskan, hal itu dikarenakan mayoritas petani di Kabupaten Indramayu merupakan petani penggarap yang menyewa sawah milik orang lain.

“Sekitar 75 persen petani sewa, bukan garap sawah sendiri. Jadi mereka tidak memikirkan tanahnya nanti kurang subur atau gimana, yang penting dia bisa memperoleh hasil panen yang banyak dengan cara instan pakai pupuk kimia,” terang Sutatang.

Sutatang menjelaskan, penggunaan pupuk organik membutuhkan waktu yang panjang untuk merasakan manfaatnya. Sedangkan petani penggarap harus berkejaran dengan waktu untuk memperoleh hasil panen sebanyak-banyaknya.

“Manfaat penggunaan pupuk organik kan hasilnya baru dirasakan mungkin tahun ketiga. Sementara mereka mikirnya tahun depan belum tentu menyewa sawah itu lagi. Makanya mereka pakainya pupuk kimia agar hasilnya banyak dalam waktu yang cepat,” tukas Sutatang. (Lilis Sri Handayani)