Tajug

Kefakiran, Baju Kebesaran Para Nabi

Pengemis musiman berharap sedekah kepada peziarah. (dok. Republika)
Pengemis musiman berharap sedekah kepada peziarah. (dok. Republika)

'Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu telah melewati batas." (QS AlKahfi: 28)

Ayat itu berkenaan dengan keutamaan orang-orang fakir. Sebab turunnya ayat ini bermula dari orang-orang yang pertama kali beriman kepada Nabi SAW. Mereka adalah orang-orang fakir.

Begitu pula pengikuti-pengikut Rasul yang lain. Rasulullah SAW selalu bergaul dengan mereka. Sahabat-sahabatnya adalah seperti Salman Al-Farisi, Bilal, Shuhaib, 'Ammar ibn Yasir, 'Amir ubn Fuhairah, dan orang-orang fakir lainnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Melihat kenyataan seperti itu, orang-orang musyrik ingin memperdayai Rasulullah SAW agar mau mengusir mereka. Beberapa pembesar musyrik datang menemui Rasulullah SAQ, lalu berkata, "Usirlah orang-orang fakir itu! Kami sesungguhnya merasa risi bergaul dengan mereka. Seandainya engkau mau menyingkirkan mereka, pasti banyak orang terpandang dan pembesar yang akan beriman kepadamu."

Kemudian Allah SWT menurunkan ayat, "Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka..." (QS. Al-An'am: 52).

Ayat ini maksudnya, Allah SWT ingin agar Muhammad SAW tidak memandang orang-orang fakir sebelah mata karena rasa benci dan karena ingin berteman dengan 'budak-budak dunia'. "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa ingin (beriman), hendaklah ia beriman, dan barang siapa ingin (kafir) biarlah ia kafir." (QS Al-Kahfi: 29). Begitulah perintah Allah SWT kepada Muhammad SAW.

Dikutip dari buku berjudul 'Terapi Menyucikan Hati' karya Abd Al-Aziz Al-Darini yang diterbikan oleh PT Mizan Pustaka, menyebutkan, Rasulullah SAW sendiri sangat menghargai dan menghormati mereka. Bahkan ketika hijrah ke Madinah, mereka ikut menyertai Rasulullah SAW. Mereka tinggal membujang di serambi masjid sehingga dikenal dengan sebutan ashab al shuffah (para penghuni serambi masjid).

Setelah mereka, jumlah orang fakir yang ikut berhijrah menjadi lebih banyak lagi. Mereka meyaksikan dengan cahaya keimanan kebaikan-kebaikan yang dijanjikan Allah SWT bagi para wali-Nya. Hati mereka sama sekali tidak dibebani rasa keterpaksaan.

Ketika itulah, Allah meramaikan jalan-Nya dengan orang-orang fakir dan berbicara kepada Rasul-Nya, "Dan jangalah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari..." (QS Al-An'am: 52)

Maksud ayat tersebut, jangan engkau usir orang-orang yang ketika sore hari berulag-ulang mengingat Allah dan ketika pagi hari kembali menuju pintu-Nya. Jangan engkau usir orang-orang yang menjadikan masjid-masjid sebagai tempat tinggal, sementara yang mereka cari dan mereka jadikan pemimpin hanya Allah SWT.

Jangan engkau uris orang-orang yang bersarung kehinaan dan kemiskinan karena ketundukan kepada Allah SWT dan berbaju ketakutan dan kerendahan karena kekhusyukan. Makanan mereka adalah rasa lapar. Istirahat mereka adalah bangun saat orang lain tidur. Selimut mereka adalah diam dan malu.

Pesta mereka adalah saat menyendiri bersama Allah SWT. Jimat mereka adalah dzikirullah saat menyepi. Mereka putuskan syahwat dari dalam diri mereka. Dan mereka haramkan kelezatan menyentuh badan mereka.

Kefakiran adalah baju kebesaran para nabi, lencana para atqiyah (orang yang berhati-hati) pakaian orang-orang bertaqwa, dan kendaraan orang-orang jujur. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku beserta orang-orang miskin." Anas ibn Malik kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, engkau sering mengucap doa ini."

"Wahai Anas, rahmat Allah SWT tidak pernah berpisah dari mereka sedetik pun, karena Allah SWT berfirman, "Tidak akan membahayakanmu dunia yang hilang darimu setelah aku menjadi milik-mu," jawab Rasulullah SAW.

Abu Sulaiman Al-Darini berkata, "Tarikan napas seorang fakir tanpa nafsu sama dengan ibadah seorang kaya selama 2.000 tahun." Siapa saja yang memiliki banyak harta, tetapi tidak merasa cukup, harta itulah yang membuatnya sengsara.

Lantas, apakah kita pernah mendengar orang fakir menggugat rububiyyah Allah? Atau pernahkan sampai kabar bahwa orang fakir memperdebatkan ketuhanan Allah? Berapa banyak pembesar yang sombong dan melampaui batas? Berapa banyak tokoh masyarakat yang angkuh dan membangkang?

Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Daud As, "Sampaikan kepada penduduk bumi bahwa aku menjadi kekasih bagi siapa yang mencintai-Ku, akan menjadi teman bagi saia saja yang mendekati-Ku, akan ramah kepada siapa saja yang bersikap ramah dengan mengingat-Ku, aku menjadi sahabat bagi siapa saja yang bersahabat dengan-Ku dan akan memilih siapa saja yang memilih-Ku...."

Diriwatkan bahwa Nabi Daud As berkata, "Wahai Tuhan-Ku, perlihatkanlah kepadaku kekasih-kekasihmu." Allah SWT pun menurunkan wahyu, "Wahai Daud, datanglah ke Gunung Libnan (Lebanon). Di sana terdapat pemuda, orang tua, dan kakek-kakes sebanyak 14 orang. Jika engkau datangi mereka, sampaikan salam-Ku kepada mereka dan katakan bahwa sesungguhnya Tuhan kalian menyampaikan salam bagi kalian dan berkata, "Mengapa kalian tidak meminta segala kebutuhan kepada-Ku padahal kalian kekasih-kekasih-ku, sahabat-sahabat dekat-Ku, dan wali-wali-Ku?"

Nabi Daud As kemudian mendatangi mereka dan mendapati mereka tengah berkumpul di salah satu mata air, berdiam diri sibuk mengagungkan Allah SWT. Namun, ketika melihat Daud As, merkea bangkit dan hendak meninggalkannya.

Daud berkata, "Sesungguhnya aku ini utusan Allah kepada kalian. Aku datang untuk menyampaikan pesan dari Tuhan kalian." Barulah mereka mau menghadapi Daud dan mendengarkan ucapannya sambil tertunduk diam menatap tanah.

Daud As lantas berkata, "Sesungguhnya, aku adalah utusan Tuhan kepada kalian. Tuhan kalian menyampaikan salam bagi kalian dan berkata, 'Mengapa kalian tidak meminta segala kebutuhan kepada-Ku dan memanggil-Ku? Aku pasti akan mendengar suara dan ucapan kalian. Kalian adalah kekasih-kekasih-Ku, sahabat-sahabat-Ku, dan wali-wali-Ku," Mendengar hal itu, air mata meleleh dari pipi mereka.

Allah SWT pun mengabulkan permohonan mereka karena telah membukan tabir penutup antara diri-Ku dan diri kalian. Dan Daud As berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana mereka mendapatkan kemuliaan seperti ini?" "Dengan berbaik sangka dan zuhud terhadap dunia serta segala isinya," jawab Allah SWT. Wallahu A'lam Bishawab. N Agus Yulianto