Babarit Lembur Dusun Dayeuhkolot, Pesan Sarat Makna Dari Sesepuh Melalui Lagu
KUNINGAN -- Tradisi babarit lembur di Dusun Dayeuhkolot, Desa Cageur, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, hingga kini masih lestari. Kegiatan itupun sarat dengan pesan luhur dari para sesepuh masyarakat Sunda.
Kepala Desa Cageur, Didi Muhadi, menjelaskan, Babarit Lembur Dusun Dayeuhkolot itu merupakan sebuah tradisi masyarakat, yang terpelihara sejak dulu sampai sekarang. Tradisi tersebut rutin digelar setiap tahun. Terakhir, tradisi tersebut berlangsung pada Senin (1/8/2022).
Prosesi termasuk lagu-lagu dan irama musik tayuban sunda khas babarit di dusun itupun sejak dulu hingga saat ini nyaris tidak mengalami perubahan.
‘’Tradisi babarit di dusun kami ini sejak jaman dulu, entah mulai tahun berapa, hingga sekarang biasa digelar setiap bulan Muharam. Dan, tak pernah sekali pun terputus. Para penabuh alat musik tradisional serta pesinden lagu-lagu khas Babarit itu, semuanya warga Dusun Dayeuhkolot,’’ kata Didi.
Prosesi Babarit di dusun itu biasanya digelar mulai sekitar pukul 16.00 WIB di alun-alun depan masjid dan kantor balai dusun setempat. Acara diawali dengan pemanjatan doa, disusul sambutan-sambutan. Berikutnya, baru menginjak pada acara inti, yang diawali lantunan irama musik pengantar tayuban, kolaborasi alat-alat musik tradisional seperti kendang, gong, bonang, saron, dan gambang.
Para penabuh alat musik tradisional serta pesinden atau pelantun lagu-lagu khas Babarit itu, semuanya warga Dusun Dayeuhkolot. Setiap lantunan lagu diiringi irama musik tayuban dalam acara tradisi itu diikuti tarian oleh dua sampai empat orang laki-laki disertai para pesindennya.
Meski hanya berlangsung selama lebih kurang satu jam, para pesinden menyuguhkan tujuh lagu inti khas Babarit Dayeuhkolot, disaksikan masyarakat dalam suasana khidmat.
Adapun ketujuh lagu khas Babarit itu dilantunkan secara berurutan, diawali lagu berjudul Lahir Batin, Golewang, Titi Pati, Tali Asih, Renggong Buyut, Goyong-goyong, dan Raja Pulang.
Lagu atau tembang-tembang Babarit inilah yang mengandung banyak makna dan nasihat-nasihat luhur bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka. Misalnya lagu berjudul Lahir Batin, mengandung nasihat agar selalu berbuat baik kepada sesama manusia dan beribadah kepada Allah.
Kemudian lagu Golewang yang mengandung makna, bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia, masyarakat harus mengikuti ajaran agama dan aturan hukum yang berlaku di tengah mereka.
Berikutnya, lagu Titi Pati mengandung makna dan nasihat agar selalu teliti dan hati-hati dalam menjalani kehidupan. Sali Asih mengandung makna untuk memelihara kasih sayang terhadap sesama manusia dan lingkungan alam.
Renggong Buyut mengandung makna mengajak masyarakat untuk selalu memelihara silaturahmi. Lagu Goyong-goyong berisi ajakan untuk memelihara budaya gotong-royong agar jangan sampai punah.
Terakhir, lagu Raja Pulang mengingatkan kepada setiap insan manusia, tanpa memandang status dan kedudukannya di dunia, agar selalu melakukan amal kebaikan untuk bekal hidup di dunia dan di akherat kelak.
Sementara itu, Bupati Kuningan, Acep Purnama, mengaku bahagia dan bangga karena di tengah derasnya arus informasi yang masif, Pemerintah Desa, BPD, LPM, RT dan RW serta seluruh tokoh dan komponen masyarakat Desa Cageur tetap mengadakan tradisi Babarit.
‘’Ini akan menjadi sebuah sumbangsih bagi kemajuan desa, pelestarian nilai-nilai budaya lokal dan mewariskan kepada generasi muda untuk lebih mencintai lemah cai,’’ tandas Acep. (Lilis Sri Handayani)