Pasar Cimol Gedebage, Geliat Baju Bekas Impor yang tak Lekang Peminatnya
Oleh: Agus Yulianto
Jurnalis Matapantura.republika.co.id
Pasar Cimol Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat merupakan salah satu dari sekian banyak lokasi penjualan fesyen 'bekas' impor di Tanah Air. Meski dekatakan bekas, tapi kualitas barangnya nggak pernah diragukan dan tak kalah dengan barang baru. Ini juga yang kemudian mendorong peminat fesyen bekas impor itu, tetap mendatangi Pasar Cimol untuk 'berburu' kebutuhan sandangnya.
Ya, tak hanya warga Bandung Raya yang mengenal dengan pasar pakaian bekas impor terbesar di Jabar bahkan Tanah Air. Warga dari berbagai pelosok nusantara pun kerap 'berburu' pakain bekas berkualitas ke pasar ini.
Belanja baju bekas atau bahasa bekennya thrifting, sudah cukup lama manjadi gaya hidup di kalangan anak muda. Tak terkecuali artis ibu kota dan lokal, atau selebgram yang tak sedikit berburu pakain bekas impor tersebut. Dan Pasar Cimol Gedebage tentu saja menjadi tujuannya.
Wajar, di pasar ini, barang bekas--tak hanya fesyen, tapi juga sepatu dengan berbagai mode, dijual dengan harga miring. Di sisi lain, kualitas barang bekas itu pun masih cukup bagus. Bahkan, bila sudah dikenakan, banyak orang tak akan menyangka kalau itu barang (baju) bekas.
Apalagi, jika kita beruntung, tak jarang menemukan baju dengan brand luar negeri yang ternama. Padahal, bila di store asli,, bisa mencapai harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Namun, di pasar Cimol Gedebage ini, barang-barang tersebut hanya cukup dibayar dengan harga Rp 50 ribu atau paling mahal Rp 150 ribu.
Soal harga, Gedebage memang tak main-main murahnya. Kebanyakan pedagang mampu menjual di harga murah karena langsung membeli banyak dalam bentuk karung. Begitupun para pembeli, jika ingin menjual lagi, maka mereka pun membeli dalam bentuk karungan atau ball.
Sebagai contoh, untuk satu ball isi kurang lebih 200 baju, maka harganya berkisar Rp 5-6 juta. Namun, itu pun masih tergantung jenisnya. Ada merek seperti Nike, The North Face. Merek seperti itu paling dicari dan kalau bekas pun masih cukup tinggi harganya.
Bahkan, ketika pemerintah kemudian memberlakukan pelarangan penjualan baju bekas, tapi itu tak bertahan lama. Banyak faktor yang memengaruhinya. Salah satunya adalah 'kecintaan' konsumen dalam berburu barang bekas berkualitas tersebut.
Ya, hasil penelitian Kemendag menunjukkan bahwa baju bekas impor mengandung bakteri yang tidak baik bagi tubuh manusia. Bahkan, ketika baju itu sudah dicuci berkali-kali, bakteri yang ada di baju tersebut tidak hilang.
Namun demikian, hasil penelitian itu tak berdampak pada bisnis baju bekas di Tanah Air. Bisnis ini tak membuat banyak peminat yang kapok untuk membeli baju bekas. Buktinya, hingga saat ini bisnis barang bekas ini tetap menggeliat dengan omset yang fantastis miliaran rupiah.