Bagaimana Cara Menurunkan Kapal Berbobot Ratusan Ton ke Sungai?

Budaya  

INDRAMAYU – Desa Karangsong telah lama menjadi sentra perikanan di Kecamatan/Kabupaten Indramayu. Mayoritas warganya menjadi nelayan sejak dulu. Tak hanya di sekitar perairan Indramayu, namun aktivitas melaut para nelayan dari desa itu menjangkau penjuru perairan lainnya di Indonesia, baik perairan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.

Karenanya, tak heran jika produksi perikanan yang didaratkan di tempat pelelangan ikan (TPI) Mina Sumitra Desa Karangsong sangat besar. Sebagai gambaran, Kabupaten Indramayu menyumbang 61 persen produksi perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat. Dari jumlah produksi itu, TPI Karangsong menyumbang 80 persen produksi perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu.

Untuk berlayar menuju perairan yang jauh hingga bisa menangkap ikan dalam jumlah banyak, para nelayan menggunakan kapal-kapal besar, rata-rata berbobot diatas 30 gross ton (GT). Bahkan, banyak pula yang berbobot 100 GT hingga diatas 150 GT. Hebatnya, proses pembuatan kapal-kapal itu dilakukan secara tradisional oleh warga setempat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Proses pembuatan kapal besar seharga miliaran rupiah itu memakan waktu berbulan-bulan. Lokasi pembuatan kapal dilakukan di tanah lapang di sisi jalan raya Desa Karangsong.

Setelah selesai, tiba saatnya kapal diturunkan ke muara sungai Karangsong untuk selanjutnya berlayar di lautan. Tak mudah menurunkan kapal yang memiliki panjang dan tinggi puluhan meter tersebut. Masyarakat menamakan proses penurunan kapal baru dari daratan ke muara sungai itu dengan istilah jog.

Butuh waktu lama untuk mempersiapkan jog. Juragan kapal harus mengantongi izin terlebih dulu dari pemerintah desa setempat. Pasalnya, ruas jalan Desa Karangsong harus ditutup selama jog. Biasanya, jog berlangsung sejak pagi hingga sore hari. Kendaraan dari arah Indramayu Kota menuju Desa Karangsong maupun sebaliknya, terpaksa dialihkan ke Desa Pabean Udik.

Tak hanya itu, aliran listrik di Desa Karangsong pun harus dimatikan terlebih dulu selama jog berlangsung. Pasalnya, tinggi kapal melampaui bentangan kabel di tiang listrik PLN. Meski jog mengganggu aktivitas sehari-hari, namun masyarakat bisa memakluminya.

‘’Ya masyarakat bisa maklum,’’ ujar Ketua RW 06 Blok Song, Desa Pabean Udik, Karda.

Jog melibatkan puluhan warga setempat. Proses jog seluruhnya dilakukan secara tradisional, dengan mengikatkan tali baja pada badan kapal yang posisinya ada di Desa Karangsong. Tali baja kemudian dihubungkan pada alat tradisional yang disebut lier. Lier ditempatkan di seberang sungai, yang masuk ke wilayah Desa Pabean Udik.

Setelah tali baja terikat antara badan kapal dan lier, mulailah lier itu diputar secara bersamaan. Setiap lier, diputar oleh 10 – 12 orang warga. Ada enam lier yang digunakan.

Kapal akhirnya mulai bergerak perlahan. Untuk mencegah kerusakan dan memudahkan pergerakan kapal menuju sungai, kapal pun diberi bantalan pelepah pohon pisang. Pemilik kapal bahkan harus menyiapkan pelepah pisang sebanyak dua mobil truk.

Warga yang memutar lier harus beristirahat berkali-kali. Peluh membasahi wajah dan sekujur tubuh mereka. Sejak pukul 08.00 WIB, proses pemindahan kapal ke sungai yang berjarak sekitar 20 meter akhirnya selesai di sore hari. Kegembiraan pun langsung menyeruak saat kapal berhasil turun ke sungai.

Ketua Gabungan Organisasi Nelayan Nusantara (GONN), Kajidin, mengatakan, meski sudah berhasil diturunkan ke sungai, namun kapal belum bisa langsung digunakan untuk berlayar ke lautan. Menurutnya, pemilik kapal harus melengkapi berbagai sarana di dalam kapal terlebih dulu, seperti freezer maupun jaring ikan.

‘’Biasanya butuh persiapan selama tiga bulan hingga kapal bisa digunakan untuk melaut,’’ terang Kajidin.

Kajidin mengatakan, jog memiliki arti penting bagi aktivitas penangkapan ikan maupun penyerapan tenaga kerja. Dengan bertambahnya kapal yang beroperasi, maka produksi ikan diharapkan bisa meningkat. Selain itu, semakin banyak pula warga yang bisa bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal tersebut. N lilis sri handayani

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image